Peristiwa penyerangan Forum Betawi Rembuk (FBR) terhadap para pengunjuk rasa dari masyarakat miskin kota disesali dan dikutuk banyak pihak. Wakil Presiden Hamzah Haz prihatin dan meminta agar polisi segera memeriksa para pelaku. Sekjen Komnas HAM Asmara Nababan meminta agar Gubernur DKI Sutiyoso bertanggungjawab terhadap kejadian ini. Sutiyoso dituding berada dibalik penyerangan ini, karena FBR selama ini dikenal sebagai ‘pendukung’ Sutiyoso.
“Sutiyoso sebagai pemimpin mesti bertanggungjawab secara moral untuk menertibkan para pendukungnya,” tandas Sekjen Komnas HAM Asmara Nababan.
Insiden berdarah itu mengundang kecaman dari berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat di Jakarta. YLBHI, YLKI, INFID, Elsam, Walhi, dan JARI mengutuk penyerangan FBR dan meminta agar Sutiyoso bertanggungjawab atas kejadian itu.
Aksi kekerasan dengan membawa bendera primoridial yang dilakukan FBR, dinilai para aktivis LSM, akan sangat merugikan citra Betawi secara keseluruhan.
Seperti diketahui, aksi unjuk rasa damai ratusan pedagang kaki lima, tukang becak, pengamen di depan kantor Komisi Nasionakl Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang dikoordinasi Konsorsium Kemiskinan Kota (Urban Poor Consortium/UPC), Kamis (28/3) siang berakir tragis. Para pengunjuk rasa diserang ratusan orang berseragam hitam-hitam yang menamakan diri Forum Betawi Rempug (FBR).
Akibat penyerangan itu, 51 orang dari pengunjuk rasa luka-luka, termasuk wanita dan anak-anak sehingga 15 orang harus dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sebagian kaca Kantor Komnas HAM pecah. Kendaraan bak terbuka berikut peralatan sound system-nya juga berantakan.
Koordinator UPC Wardah Hafidz yang mengkordinasi unjuk rasa tidak menyangka pihaknya akan diserang FBR. "Kami tidak ada masalah dengan FBR. Kalau berbeda visi dan pandangan itu wajar, tetapi tidak semestinya dilakukan secara anarkis seperti ini," ujarnya.
Aksi penyerangan itu bermula ketika sekitar 400 pengunjuk rasa yang dikoordinasi UPC melakukan aksi damai di Kantor Komnas HAM. Mereka mendesak Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mematuhi keputusan pengadilan yang menetapkan pedagang kaki lima, pengamen dan tukang becak boleh beroperasi di Jakarta.
Sekitar 50 orang perwakilan pengunjuk rasa diterima anggota Komnas HAM, seperti Asmara Nababan, Mely G Tan dan Aris Merdeka Sirait. Sementara ratusan pengunjuk rasa lainnya, termasuk anak-anak dan ibu-ibu, menunggu di halaman Kantor Komnas HAM.
Dalam pertemuan itu, UPC meminta agar Pemprov DKI dan aparatnya menghormati putusan pengadilan. Tanggal 21 Maret 2002 lalu, hakim PN Jakarta Pusat memenangkan gugatan class action 67 rakyat miskin kota yang mewakili 15.000 rakyat miskin lain melawan Gubernur DKI, Kapolda Metro Jaya dan Pangdam Jaya.
Ketika pengunjuk rasa sedang menunggu inilah, datang sekitar 500 orang dari FBR yang mengenakan seragam hitam-hitam. Mereka mengggunakan sembilan Metro Mini. Begitu Metro Mini berhenti di depan Kantor Komnas HAM, massa FBR berloncatan dan langsung melakukan pemukulan dan pelemparan sehingga massa pengunjuk rasa dari UPC berlarian menyelamatkan diri ke bagian belakang Kantor Komnas.
Ketua Umum FBR A Fadloli Elmuhir membantah jika massa FBR melakukan penyerangan. Menurut dia, massa UPC yang terlebih dahulu melempari massa FBR yang kebetulan akan ke Komnas HAM untuk mengadukan UPC yang melakukan fitnah terhadap FBR. "Karena dilempari, kami terpaksa mempertahankan diri," kata Fadloli.
Dalam kasus ini, pihak Polda Metro Jaya telah menangkap dan memeriksa para tersangka. Hasil pemeriksaan terhadap sembilan anggota FBR, tujuh dinyatakan sebagai tersangka penyerang atau penganiayaan demonstran UPC. Mereka yang ditahan di Polda Metro Jaya, yakni Syaidi, Amat Gunarto, Wartono, Dedi Bahtiar, Toh Ani, Endang, dan Daniel.
Gubernur DKI Sutiyoso sendiri membantah hubungan dan kedekataannya dengamn FBR. Dalam pernyataannya yang disampaikan Kepala Biro Humas DKI Muhayat, Jumat (29/3), Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menyesalkan peristiwa tersebut.
"Saya sudah sangat banyak mendengar isu yang mengaitkan saya dengan ormas, termasuk FBR. Keberadaan ormas-ormas di Jakarta itu menjadi perhatian saya. Namun tidak ada kaitan hubungan secara khusus," kata Sutiyoso Jumat ( 29/03/2002) di Jakarta..
© Copyright 2024, All Rights Reserved