Hari ini, Sabtu (08/09), umat Hindu merayakan Hari Suci Kuningan. Hari Raya Kuningan yang jatuh sepuluh hari setelah Hari Suci Galungan bermakna memperingati Kemenangan Dharma (kebaikan) melawaan Adharma (keburukan).
Di Bali, pria, wanita mulai anak-anak, dewasa hingga orang tua, dengan mengenakan busana adat nominasi warna putih sejak Sabtu pagi hari sudah melakukan persembahyangan di tingkat rumah tangga. Setelah itu melakukan kegiatan serupa pada tiga pura dalam lingkungan desa pekraman (adat) masing-masing.
Umat Hindu di kota Denpasar dan sekitarnya setelah melakukan persembahyangan di tempat suci keluarga, mereka melakukan kegiatan yang sama di Pura Jagatnatha di jantung Kota Denpasar.
Seusai melakukan persembahyangan di pura Jagatnatha, mereka melakukan hal yang sama ke Pura Sakenan, Kelurahan Serangan, 12 km arah selatan kota Denpasar.
Umat dengan berkendaraan sepeda motor maupun mobil dapat dengan mudah ke Pura Sakenan. Dulu, sebelum tahun 2001, tempat suci Pura Sakenan terpisah dengan daratan Pulau Dewata, sehingga umat Hindu yang bersembahyang ke sana harus menggunakan jasa perahu motor atau jukung.
Namun sekarang lokasi tersebut menyatu dengan daratan Pulau Bali, berkat adanya pengerukan dan perluasan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan swasta nasional. Sehingga kini daerah itu kini menyatu dengan daratan Bali. Dengan demikian masyarakat secara mudah dapat menjangkau lokasi Pura dengan kendaraan bermotor. Hari Raya Kuningan yang jatuh bertepatan dengan upacara besar (pujawali/piodalan) di Pura Sakenan.
“Umat Hindu yang melakukan persembahyangan ke Pura Sakenan tidak bersamaan secara serentak pada hari Raya Kuningan, sebagai upaya menghindari antrean panjang,” kata Tokoh (penglisir) Puri Kesiman, Denpasar , Anak Agung Ngurah Kusuma
Wardana.
Nasihat itu diberikan Ngurah Kusuma Wardana karena mengingat tahun-tahun sebelumnya umat yang datang dari kabupaten/kota di Bali hanya memilih pada hari Kuningan. Sehingga antrean yang berdesak-desakan dalam waktu cukup lima tidak bisa dihindari.
Pada tahun-tahun sebelumnya, panitia menyediakan waktu selama tiga hari untuk melakukan persembahyangan. Namun sekarang diperpanjang menjadi lima hari yakni 7-11 September 2012. "Umat diharapkan mengatur diri sedemikian rupa sehingga tidak terjadi antrean panjang seperti tahun-tahun sebelumnya," harap Ngurah Kusuma Wardana.
© Copyright 2024, All Rights Reserved