Merasa dilecehkan Sholahudin Wahid dan Siswono Yudo Husodo, HMI menganjurkan anggotanya untuk tidak memilih kedua cawapres itu dalam pemilihan presiden mendatang.
Hingar bingar kampanye pemilihan presiden hingga kini masih terus berlangsung. Semua calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) sibuk mencari panggung untuk berdialog dengan publik. Namun kadang kala ulah capres dan cawapres membuat kesal panitia penyelenggara karena janji untuk debat publik tak ditepati. Pantia pun melayangkan surat protes dan mosi tidak percaya.
Cerita diatas bukanlah isapan jempol belaka. Itulah yang dialami oleh Cawapres Sholahudin Wahid yang mendampingi Wiranto dan Siswono Yudo Husodo yang mendampingi Amin Rais dalam pemilihan presiden kali ini. Kedua cawapres yang cukup itu diprotes dan dimosi tidak percaya oleh Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI).
Bagaimana cerita munculnya mosi tersebut. Dalam surat pernyataan sikapnya yang diterima oleh redaksi politikindonesia.com akhir pekan lalu, PB HMI menjelaskan duduk perkara ketersinggungan ormas mahasiswa terbesar di Indonesia tersebut.
Surat yang ditandatangani oleh Ketua Umum PB HMI Hasanuddin dan Sekjen Fajar R Zulkarnaen itu menjelaskan kasus terbut bermula dari acara debat Cawapres yang diselenggarakan PB HMI, KPU DKI dan Lativi yang tak dihadiri oleh Sholahudin Wahid dan Siswono. Sehingga hanya dihadiri oleh Jusuf Kalla.
Dalam rancangan panitia, acara yang diselenggarakan disebuah hotel berbintang di Jakarta 22 Juni lalu itu sedianya akan menghadirkan tiga cawapres, masing-masing, Sholahudin Wahid, Siswono Yudo Husodo dan Jusuf Kalla. Namun hingga pelaksanaan acara, hanya Jusuf Kalla yang nongol diacara debat cawapres yang dipadati kalangan aktivis mahasiswa dan politisi tersebut.
“Ketidakhadiran keduanya berdampak buruk pada opini yang seolah-olah HMI sengaja memberikan dukungan khusus kepada Jusuf Kalla,” ujar Hasanuddin.
Dijelaskannya, ketidakhadiran Gus Sholah hanya disampaikan via sms oleh salah seorang putranya beberapa saat sebelum acara dimulai, sementara Siswono tak ada kabar beritanya.
Walaupun merasa dilecehkan, kata Hasanuddin, pihaknya masih memberikan batas waktu tiga hari untuk melakukan klarifikasi atas ketidakhadirannya sambil menyampaikan permintaan maaf. Namun sampai batas waktu yang ditentukan, apa yang diharapkan tak digubris oleh kedua cawapres itu.
“Kami menunggu permintaan maaf secara tertulis dari yang bersangkutan, tapi tak ada sampai saat terakhir, maka kami menyampaikan mosi tidak percaya terhadap keduanya,” tegas Hasanuddin.
Hasanuddin menepis tudingan adanya motif politik dibalik mosi tersebut. Hasanuddin menjelaskan bahwa mosi tidak percaya ini merupakan bentuk peringatan terhadap para calon presiden dan calon wakil presiden untuk menepati janji-janjinya.
“Memang di masa kampanye ini pasti resonansi politiknya akan sangat kuat tapi tujuan kami untuk mengingatkan publik bahwa dalam masa kampanye saja mereka sudah ingkar janji, bagaimana nanti kalau sudah terpilih?” tandasnya.
Menurut Hasanuddin, surat mosi tidak percaya ini merupakan bentuk penolakan terhadap kedua figur cawapres tersebut dan sudah dikirimkan kepada seluruh Cabang HMI di Indonesia. “ Kami menganjurkan semua anggota HMI untuk tidak memilih Gus Sholah dan Siswono dalam pemilu mendatang,” tandasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved