Menteri Senior Singapura Lee Kuan Yew kembali memberikan pernyataan yang membuat merah kuping pejabat dan masyarakat Indonesia. Sejak lama, baik ketika Habibie berkuasa maupun ketika masa pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Lee Kuan Yew kerap memberikan pernyataan keras terhadap pemerintah Indonesia.
Ketika Habibie, Lee dengan enteng mengatakan, pengganti Soeharto itu tak akan didukung pasar. Sementara ketika Gus Dur, sang menteri senior itu mengatakan Gus Dur tak banyak didukung publik di dalam negeri. Kali ini, di era Megawati, Lee Kuan Yew yang menilai bahwa banyak pentolan-pentolan teroris dunia berkeliaran di Indonesia.
Pernyataan Lee ini ditanggapi serius oleh pemerintah Indonesia. Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono menilai pernyataan itu masih perlu pembuktian berdasarkan data dan informasi yang ada. Penegasan itu disampaikan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono, usai memimpin rapat koordinasi persiapan Konferensi Lingkungan Hidup se-Dunia bersama jajaran Muspida Provinsi Bali, di Denpasar, Selasa (19/2).
Selama ini, demikian Yudhoyono, kerja sama antara Indonesia dengan Singapura dan negara-negara ASEAN lainnya, termasuk di bidang intelijen berjalan baik. Bahkan ada kerja sama politik untuk melawan terorisme internasional secara bersama-sama.
"Saya telah beberapa kali berkunjung ke Singapura, bahkan bukti dan saksi yang kuat bahwa di Indonesia ada orang-orang yang diposisikan sebagai pentolan teroris maka Indonesia siap untuk bekerja sama," ujarnya.
"Kita amat senang untuk segera bekerja sama ketimbang berdebat di media masa. Kalau memang ada sesuatu yang konkret untuk kita kerjasamakan, mari kita lakukan kerja sama sesuai sistem yang telah kita buka dan kerangka kerjasama sudah kita mulai untuk langkah-langkah ini," sambungnya.
Mengenai sikap Pemerintah Indonesia, Menko Polkam mengemukakan, pihaknya masih menunggu konfirmasi dari Departemen Luar Negeri (Deplu) tentang kejelasan atau rincian lebih lanjut dari apa yang disampaikan oleh Lee Kuan Yew.
"Kita tidak perlu menanggapi setiap pernyataan yang dikeluarkan oleh pimpinan negara lain tentang Indonesia, apalagi kalau pernyataan itu belum jelas atau kita belum paham akan pernyataan yang dilontarkan, yang jelas sistem intelijen kita berjalan," paparnya.
Ia menjelaskan, saat ini pemerintah sedang mencari tahu melalui jalur diplomasi apa yang dimaksudkan Menteri Senior Lee, bahwa ada pentolan-pentolan teroris internasional yang masih berkeliaran di Indonesia. Setelah itu pemerintah akan segera memberikan respon tanpa disertai emosi berlebihan, karena dalam mengelola persoalan antar-negara baik bilateral maupun multilateral tidak boleh diselesaikan secara emosional.
"Kecuali jika persoalan yang muncul berkaitan dengan harga diri, kedaulatan dan kebenaran, maka pemerintah tidak segan-segan untuk mengeluarkan statement yang cukup keras," ungkapnya.
Tentang pantauan intelijen nasional berkenaan dengan penyataan Lee itu, Menko Polkam mengemukakan, Badan Intelijen Nasional (BIN) tengah melakukan pengusutan lebih lanjut untuk membuktikan hal itu.
"Sebelum ada sesuatu yang konkret seperti data mengenai
orang-orang yang dianggap sebagai pentolan teroris internasional di Indonesia, maka kita tidak dapat menyimpulkan bahwa ada sarang dan pentolan teroris di Indonesia," tegasnya.
Tetapi, tambah Yudhoyono, jika dalam pengusutan intelijen terbukti ada pentolan teroris di Indonesia, maka Pemerintah Indonesia akan menyatakan itu secara terbuka kepada dunia internasional, karena bagaimanapun, Indonesia harus menjadi bagian dari masyarakat internasional untuk memerangi terorisme mengingat Indonesia juga memiliki kepentingan domestik dalam hal tersebut.
Seperti diberitakan Media Indonesia, Selasa (19/02/2002), Menteri Senior Singapura Lee Kuan Yew mengatakan ancaman serangan teroris masih terus mengintai negerinya karena banyak pemimpin sel-sel militan berkeliaran di Indonesia.
Pernyataan Lee itu dikemukakan dalam sebuah pertemuan, kemarin, dan disiarkan surat kabar Singapura {Straits Times}. Surat kabar tersebut melaporkan mantan Perdana Menteri Singapura itu mengatakan kelompok-kelompok teroris memiliki hubungan dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang ada di sejumlah negara.
Dalam pertemuan itu Lee mengatakan sekalipun pemerintah Singapura telah menangkap 13 tersangka yang diduga memiliki hubungan dengan jaringan Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden, ancaman serangan teroris terus mengintai karena para pelaku utamanya masih bebas berkeliaran.
Para pelaku utama ini, kata Lee, mempunyai kaki tangan di Singapura dengan tugas membeli bahan peledak dan lain-lain. Namun, keputusan akhir mengenai kapan harus memasang bom, meluncur ke sasaran, dan melakukan peledakan, tetap berada di tangan pelaku utama.
Para pejabat keamanan yakin sel-sel teroris yang tersebar di Malaysia, Singapura, dan Filipina mendapat perintah dari para pemimpin mereka yang berada di Indonesia.
Pemerintah Malaysia mengidentifikasi tiga ulama Indonesia yang dianggap bertanggung jawab memberikan doktrin keagamaan yang militan kepada sebuah kelompok di Malaysia. Malaysia menuduh kelompok tersebut berencana menggulingkan pemerintahan yang sah dengan cara kekerasan.
Malaysia telah menahan 23 tersangka militan Islam, termasuk empat warga negara Indonesia dan tiga warga negara Singapura. Sementara pemerintah Filipina telah menangkap seorang warga Indonesia, Fathur Rahman al-Ghazali yang dicurigai menjadi ahli bahan peledak bagi kelompok Jamaah Islamiyah. Dia dituduh merencanakan serangkaian aksi pengeboman terhadap kepentingan AS di Singapura. Seorang WNI lainnya, Agus Budiman, juga telah ditahan di AS.
© Copyright 2024, All Rights Reserved