Puncak inflasi telah terlampaui pasca Idul Fitri. Inflasi September pun mereda, seiring berangsur turunnya harga-harga. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi September lalu hanya sebesar 0,44 persen. Angka tersebut lebih kecil dibanding Agustus lalu yang sebesar 0,76 persen.
Rusman Heriawan, Kepala BPS, mengungkapkan hal itu di Jakarta, Jumat (01/10).
Menurutnya, secara year on date, inflasi sudah mencapai 5,28 persen. Sedangkan inflasi secara year on year mencapai 5,8 persen.
"Inflasi year on year turun dari 6,44 persen menjadi 5,8 persen. Hal itu disebabkan inflasi September tahun lalu sangat tinggi yakni kan tinggi 1,05 persen," ujarnya.
Menurutnya, industri sandang dan pakaian menyumbang inflasi terbesar, sebesar 1,08 persen. Diikuti oleh makanan 0,44 persen, minuman dan rokok 0,52 persen, perumahan air dan listrik 0,25 persen, kesehatan 0,23 persen, pendidikan 0,26 persen, serta transportasi dan komunikasi 0,57persen.
"Pakaian itu naik tinggi karena banyak orang beli baju baru Lebaran kemarin. Selain itu di sektor transportasi dan komunikasi juga naik karena ada tuslah," ujarnya.
Rusman menambahkan, inflasi tertinggi terjadi di Tarakan sebesar 1,8 persen. Ini menunjukkan, inflasi tidak hanya dipengaruhi suplai dan permintaan saja tetapi juga situasi di daerah tersebut.
"Kalau situasi tidak kondusif itu bisa mengganggu jalur distribusi daerah, contoh kongkret yang terjadi di Tarakan," ujarnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved