Serangan brutal oleh kelompok bersenjata terhadap mahasiswa dan anggota TNI yang sedang melaksanakan pengobatan massal di Kampung Wembi, Distrik Arso, Kabupaten Keerom, Senin (10/4), mengakibatkan empat orang tewas, satu kritis, dan dua luka-luka.
Serangan membabi buta itu dilakukan sekitar 30 orang. Mereka melepaskan tembakan beruntun ke arah anggota TNI. Kelompok bersenjata itu berbaur di antara ratusan warga yang datang untuk berobat di tempat itu sehingga sulit dideteksi oleh anggota TNI dan Polri yang mengawasi kegiatan tersebut.
Panglima TNI Djoko Suyanto mengemukakan serangan tersebut kemungkinan dilakukan anggota Organisasi Papua Merdeka atau OPM untuk memperjuangkan keinginan separatisnya.
"Mobilitas para pelaku sangat tinggi. Melihat dari alat yang digunakan, seperti senjata api, senjata genggam, panah, dan kapak, perkiraan sementara adalah kelompok separatis OPM. Namun kelompok mananya perlu identifikasi lebih lanjut," ujar Djoko sebelum peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, Jakarta, Senin.
Informasi dari lapangan menyebutkan, pelaku penyerangan diduga kelompok OPM pimpinan Matias Wenda yang selama ini bersembunyi di perbatasan Indonesia-Papua Niugini (PNG).
Akibat serangan ini, dua anggota TNI tewas di tempat, yakni Sertu Basori dan Pratu Sukamto, serta seorang mahasiswa. Dua orang yang luka-luka terdiri dari seorang mahasiswa dan seorang anggota TNI. Semntara, dua korban tewas lainnya adalah Edi Pagawak dan Tinus Wenda, yang diduga kuat anggota OPM.
Hingga kini, TNI masih melakukan pengejaran terhadap para pelaku yang diduga melarikan diri ke daerah perbatasan RI-PNG. Untuk mencegah lolosnya kelompok separatis itu Indonesia akan meminta bantuan kerjasama Papua Nugini (PNG).
"Saya kira diperlukan kerjasaam dengan pemerintah PNG untuk melakukan pengejaran dan penangkapan terhadap pelaku penyerangan, mengingat insiden itu terjadi di perbatasan RI-PNG," kata Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam) Widodo AS di Jakarta, Selasa (11/4) usai rapat koordinasi terbatas bidang Polhukam.
Ia mengatakan, selama satu setengah tahun ini situasi keamanan di Papua berada dalam kondisi yang kondusif, tidak ada gangguan-gangguan keamanan yang berarti. Namun, sejak beberapa waktu lalu terjadi peningkatan eskalasi yang berdampak pada situasi keamanan di Papua.
Meningkatnya eskalasi itu diawali dengan menyeberangnya 43 warga Papua pencari suaka ke Australia, yang ditanggapi Australia dengan pemberian visa tinggal sementara kepada 42 dari 43 warga Papua pencari suaka.
Eskalasi makin meningkat dengan munculnya berbagai aksi demonstrasi yang disertai tindakan anarkis seperti aksi menuntut penutupan operasioanl PT Freeport yang ditindaklanjuti dengan tindakan pengrusakan Hotel Sheraton di Timika.
Aksi anarkis terus berlanjut dengan adanya insiden Abepura yang menewaskan empat anggota Polri dan satu anggota TNI, serta yang terakhir penyerangan terhadap Pos TNI di Wemby yang menewaskan dua anggota batalyon 509 Kostrad dan satu mahasiswa serta korban lainnya luka-luka.
"Serangkaian kejadian tersebut menunjukkan ada kelompok-kelompok tertentu yang sengaja melakukan kegiatan yang mengganggu keamanan, menciptakan instabilitas, dengan tujuan dan kepentingan tertentu," kata Widodo.
Selain itu, serangkaian kejadian tersebut juga mengindikasikan adanya keberadaan elemen separatis yang tidak saja melakukan kegiatan politis, tetapi juga separatis melalui penyerangan pos TNI. "Ini sekaligus menunjukkan adanya gerakan separatis bersenjata," ujarnya menambahkan.
Indikasi adanya elemen separatis di Papua, juga ditandai dengan pernyataan Jacob Rumbia yang menyatakan, Papua akan merdeka pada 2010, kata Widodo AS.
Untuk itu, pemerintah akan melakukan tindakan tegas secara terukur, proposional dan profesional terhadap berbagai bentuk pelanggaran hukum dan keamanan, termasuk yang mengancam kedaulatan RI.
Kejadian ini merupakan yang kedua setelah tahun 1993. Saat itu kelompok OPM menyerang dan menyandera warga pendatang di daerah itu. Dalam kejadian tersebut lima warga transmigran tewas tertembak dan tiga orang disandera.
© Copyright 2024, All Rights Reserved