Sebuah referendum pada 23 Juni mendatang, akan menentukan apakah Inggris akan tetap bergabung atau meninggalkan Uni Eropa (UE). Jika Inggris benar-benar meninggalkan EU (British Exit/Brexit), dyakini akan berdampak buruk bagi perekonomian blok dan prospek ekonomi negara-negara di kawasan Eropa.
"Keuntungan utama dari Uni Eropa adalah perdagangan bebas barang dan jasa, yang akan terkena dampak negatif jika Inggris memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa (Brexit)," kata Wakil Sekretaris Jenderal Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) Stefan Kapferer, dikutip dari Xinhua, Kamis (03/03)
Menurut Kapferer, Brexit akan menyebabkan ketidakpastian tambahan selama waktu tertentu di tengah perekonomian yang tak pasti karena sejumlah alasan yang berbeda.
OECD menilai Uni Eropa merupakan pasar yang penting bagi Inggris. Negara-negara Uni Eropa menyumbang 53 persen dari impor dan 48 persen dari ekspor Inggris.
Mitra dagang utama negara itu pada 2014 adalah Jerman, yang menyumbang 12,3 persen dari total perdagangan di Inggris. Di posisi kedua adalah Amerika Serikat (9,5 persen), diikuti oleh Belanda (7,5 persen), Tiongkok (7,3 persen) dan Prancis (5,9 persen).
Dalam kasus Brexit, ekonomi Belanda juga akan terpengaruh secara negatif, Kapferer memprediksi.
Kapferer mengatakan, perusahaan-perusahaan multinasional besar saat ini berbasis di Inggris mungkin memilih untuk memindahkan kantor pusat mereka di Eropa ke negara-negara Uni Eropa lainnya.
"Tapi terlalu dini untuk memprediksi apa yang akan menjadi hasil di sektor keuangan dan apa yang akan terjadi di berbagai cabang organisasi keuangan," kata Kapferer.
© Copyright 2024, All Rights Reserved