Perusahaan minyak terbesar di dunia ExxonMobil mencatatkan penurunan laba sebesar 40 persen pada kuartal IV 2016. Anjloknya laba perseroan disebabkan penurunan harga komoditas secara berkepanjangan.
CEO ExxonMobil Darren Woods mengatakan, anjloknya laba ExxonMobil juga disebabkan penurunan nilai aset gas alam di kawasan Rocky Mountains, Amerika Serikat yang mencapai hampir US$2 miliar.
Meski mencatatkan kinerja yang buruk pada akhir tahun 2016, ada tanda-tanda perbaikan yang dialami ExxonMobil.
CNN Money, Selasa (31/01), melaporkan, untuk pertama kalinya sejak pertengahan tahun 2014, pendapatan ExxonMobil tidak turun pada kuartal terakhir. Akan tetapi, capaian pendapatan sebesar US$61 miliar adalah angka yang lebih rendah dari perkiraan Wall Street.
Harga minyak sudah kembali menggeliat setelah menyentuh level terendahnya, yakni US$26 per barrel pada Februari 2016 lalu.
Namun, harga minyak dunia saat ini masih separuh dari puncak tertinggi harga minyak pada tahun 2014 karena berlanjutnya banjir pasokan, khususnya disebabkan lonjakan produksi minyak serpih AS.
Di bawah kepemimpinan mantan CEO Rex Tillerson yang kini ditunjuk oleh Presiden Donald Trump sebagai Menteri Luar Negeri, ExxonMobil lamban dalam memanfaatkan banjirnya sumber minyak baru di AS.
Sebab saat itu ExxonMobil lebih fokus pada proyek-proyek besar di luar negeri AS.
Akan tetapi, pada Januari 2017 ExxonMobil membeli aset senilai US$5,6 miliar AS di Permian Basin di negara bagian New Mexico.
Permian Basin adalah sumber besar pengembangan minyak serpih. Dalam telekonferensi, pihak ExxonMobil menyatakan pula bahwa saat ini terus mengikuti sanksi yang dijatuhkan di Rusia. Sanksi itu memaksa mega proyek ExxonMobil di kawasan Arktik Rusia harus dibekukan.
“Saya tidak akan berspekulasi kapan atau apakah (sanksi) itu akan dihapuskan di masa depan,” ujar Jeff Woodburry, kepala hubungan investor ExxonMobil.
Banyak analis menyatakan, ExxonMobil bisa jadi salah satu pihak yang diuntungkan dengan upaya perbaikan hubungan antara AS dengan Rusia. Pasalnya, Tillerson memiliki kaitan yang erat dengan Rusia.
ExxonMobil juga terus mencermati larangan imigrasi yang dijatuhkan Trump terhadap tujuh negara Muslim. Alasannya, ExxonMobil memiliki usaha patungan di selatan Irak dan kerja sama untuk mengeksplorasi ladang minyak di wilayah Kurdi di utara Irak.
© Copyright 2024, All Rights Reserved