Kabar pergantian Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) I Putu Gede Ary Suta semakin santer dibicarakan. Diduga ada skenario politik dibalik rencana tersebut. BPPN yang menguasai aset-aset nasional, memang terus menjadi rebutan partai politik.
Sang Meneg BUMN Laksamana Sukardi, diduga berada dibalik pergantian tersebut. Ekonom INDEF, Arif Arryman menjadi calon kuat pengganti Putu. Kabarnya, Presiden Megawati Soekarnoputri pun sudah menyetujui pergantian itu.
Seberapa penting pergantian Kepala BPPN saat ini? Setelah lima kali pergantian Kepala BPPN, memang terkesan ada nuansa kepentingan politik dibalik pergantian itu. Pergantian tersebut dinilai banyak pihak tidak relevan dan subtantif terhadap persoalan yang selama ini terjadi. Usaha mewujudkan BPPN yang transparan masih jauh dari harapan.. Dikhawatirkan politisasi BPPN akan berimplikasi kepada aspek-aspek lainnya.
Semestinya, yang harus diperhatikan adalah membangun mekanisme sistem agar lebih transparan dari sebelumnya. Karena siapa pun yang akan menjadi Kepala BPPN nantinya tidak akan pernah mencapai keberhasilan, bila sistemnya tidak diperbaiki.
Rencana pergantian kepala BPPN ke tangan Arif Arryman, yang kabarnya sudah mendapat persetujuan dari presiden Megawati, sebenarnya sudah dari dulu dibicarakan, sejak Laksamana Sukardi menjabat sebagai Menteri Negara BUMN tahun lalu.
Kenapa Putu diganti? Diduga kuat pergantian tersebut dilatar belakangi oleh kinerja Putu yang dinilai kurang sigap menangani masalah Texmaco, BCA dan Indomobil. Sejak Putu Ary suta menjabat Ketua BPPN, persoalan Texmaco hampir tidak pernah selesai hingga sekarang ia sama sekali tidak pernah menyentuh persoalannya.
Penyebab lain, adalah rekomendasi Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK) 11 Desember 2001 lalu mengenai Perpanjangan Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham (PKPS) hingga batas maksimal 10 tahun. Rekomendasi rancangan BPPN itu sebenarnya berasal dari Syamsul Nursalim dan langsung diserahkan ke KKSK tanpa konsultasi dengan Laks. Ini juga yang kemudian memicu konflik antara Putu dan Kwik Kian Gie.
Yang tak kalah penting, kabar bahwa lolosnya konsorsium Farralon yang membeli saham pemerintah di BCA juga menjadi pemicu digantinya Putu. Dia dianggap gagal menggolkan Stanchart yang kabarnya didudukung oleh orang-orang dekat Istana dalam divestasi BCA pekan lalu.
Bagaimana reputasi Arif Arryman. Sebelum menjabat Komisaris Bank BNI, Arif Anyman pernah menjabat Staf Khusus Menko Perekonomian era Rizal Ramli, dan lama berkarir bersama Meneg BUMN Laksamana Sukardi dan Rizal Ramli di bidang pengkajian Econit Advisory Group. Terlepas dari kemampuannya, dia memang dekat dengan Laksamana sejak lama.
Diketahui, Arif Anyman juga sempat dipersiapkan menjabat sebagai wakil Kepala BPPN, sebagai batu loncatan menuju kursi pimpinan BPPN. Tapi rencana itu gagal lantaran pemerintah tidak memberikan bargaining yang kuat. Sekarang rencana pergantian tersebut sudah semakin kuat berkat lobi-lobi kepada Mega dan partai-partai politik lainnya.
Banyak pihak-pihak mencermati persoalan pergantian Ketua BPPN ini akan di{setting} sedemikian rupa. Kabarnya, Laksamana sendiri yang akan memegang langsung jabatan Kepala BPPN, yang akhirnya jabatan wakil Kepala BPPN dipegang oleh Arif Anyman, atau Jabtan Ketua BPPN bisa langsung diduduki Arif Anyman.
© Copyright 2024, All Rights Reserved