Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, meskipun hasil referendum Inggris keluar dari Uni Eropa belum resmi diutarakan, namun struktur perekonomian dunia mau tidak mau harus menerima konsekuensi, karena indikasi keluarnya Inggris dari yuridiksi Uni Eropa sudah semakin kuat. Ekonomi Indonesia juga akan terdampak.
Berdasarkan perhitungan sementara dari hasil referendum Inggris menunjukkan bahwa kelompok pro-Brexit (Inggris keluar dari Uni Eropa) berhasil menang dengan perolehan suara 71,8 persen dari 30 juta pemilih.
“Memang agak mengejutkan karena di saat terakhir, ternyata lebih banyak yang memilih keluar. Sehingga, pasti ada gejolak di pasar keuangan mana pun secara global,” kata Bambang Brodjonegoro saat ditemui di Kompleks Kementerian Keuangan Jakarta, Jumat (24/06).
Bambang memperkirakan, ketidakpastian ini tentu memberikan implikasi yang menyeluruh terhadap kondisi perekonomian dunia, tak terkecuali bagi Indonesia. Pengaruh dari ketidakpastian ini, diprediksi akan memberikan tekanan terhadap sektor finansial dalam negeri.
“Mungkin nilai tukar, IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), maupun surat utang negara kita mungkin agak tertekan,” kata Bambang.
Bambang menegaskan, sentimen negatif dari keputusan Brexit hanya bersifat sementara. Jika Uni Eropa sudah menemukan keseimbangan baru usai keluarnya Inggris maka ketidakpastian tersebut akan berakhir.
Menurut Bambang, keluarnya Inggris justru hanya akan merugikan negara tersebut. Inggris kehilangan potensi ekonomi yang sudah diberikan dari beberapa negara kawasan benua biru itu.
Meskipun memang secara produk domestik bruto, Inggris memang menjadi negara terbesar kedua setelah Jerman di yuridiksi Uni Eropa.
“Dengan tidak adanya Inggris, mungkin kekuatan UE sebagai kelompok ekonomi akan berkurang, sehingga mungkin daya tawarnya juga akan berkurang,” kata Bambang.
© Copyright 2024, All Rights Reserved