Sejumlah komunitas pencinta hewan dan tumbuhan di wilayah Jakarta dan sekitarnya ikut memeriah Bulan Bakti Karatina di kawasan Car Free Day, Jakarta, Minggu (05/06). Kegiatan yang digelar untuk kedua kalinya ini bertujuan mengajak masyarakat untuk menunjukan bahwa karantina itu tidak sulit untuk dilaksanakan.
"Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang merasa karantina itu menyulitkan. Selain itu, petugas karantina juga masih dianggap selalu menghalangi masyarakat yang ingin memelihara. Padahal hal itu tidak benar. Justru kalau memang ada kesadaran dari masyarakat, petugas karantina akan senang hati membantu," kata Kepala Badan Karantina Kementerian Pertanian (Kementan) Banun Harpini kepada politikindonesia.com, di sela-sela acara tersebut, Minggu (05/06).
Menurutnya, melalui para komunitas pencinta hewan dan tumbuhan ini, pihaknya ingin menyampaikan pesan bahwa karantina itu penuh dengan kemanusiaan, humanisme untuk kesejahteraan hewan. Termasuk yang memiliki anjing, juga harus paham bagaimana sebetulnya memperlakukannya, menjaga kesehatannya.
"Apabila hewan tersebut akan dibawa ke luar wilayah/ provinsi secara otomatis akan mudah karena hewan tersebut dianggap sudah sehat. Jadi, bukan hanya karantina yang selalu represif. Masyarakat yang memiliki hewan juga bisa menjaga kesehatan hewannya sendiri. Sehingga hewan tersebut memiliki medical record yang juga dianggap sebagai paspor. Hewan itu pun bisa dan bebas dibawa pindah ke berbagai daerah," paparnya.
Dipaparkan, untuk menjaga keakuratan pemeriksaan hewan, pihaknya sudah menambah posko khususnya di tempat pemasukan atau pelabuhan utama, yakni Tanjung Perak, Tanjung Periuk, Belawan, Makasar, Badar Udara Utama Soekarno-Hatta, Juanda, Bali, Batam, Semarang, dan lainnya.
"Hal itu juga dilakukan untuk sapi-sapi impor. Kami telah bekerja sama dengan otoritas karantina Australia untuk mengirimkan dokumen-dokumen pemeriksaan terlebih dahulu untuk diverifikasi. Kegiatan tersebut dinamakan ekuivalensi, di mana karantina Indonesia mempercayakan pemeriksaan kesehatan dan keamanan pangan secara teknis ke negara asal, lalu diverifikasi dan diakui di dalam negeri," imbuhnya.
Terkait dengan wilayah bebas rabies di Indonesia, lanjut Banun, masih terdapat 5 wilayah yaitu Papua, Papua Barat, Riau, Pangkal Pinang dan Maluku Utara. Sehingga pihaknya menargetkan Indonesia akan bebas rabies pada tahun 2019 mendatang. Karena rabies merupakan penyakit zoonosis yang telah menyebar di 24 provinsi di Indonesia.
"Provinsi Bali yang semula secara historis bebas rabies, sejak 2008 telah tertular rabies yang hingga saat ini belum dapat dibebaskan kembali. Sejumlah program pengendalian dan penanggulangan terus dilakukan secara intensif oleh pemerintah pusat dan daerah," imbuhnya.
Sedangkan, untuk daerah yang bebas rabies, kata Banun, seperti Papua dan Papua Barat, pihaknya mengajak masyarakat membuat suatu pergerakan untuk mempertahankan tanah Papau bebas rabies. Karena melihat kehidupan masyarakat Papua itu sendiri sudah menyatu dan rentan terhadap rabies.
"Kalau rabies sempat masuk ke tanah Papua, itu akan merusak suku Papua. Walaupun ada vaksinnya, namun manusia yang terkena rabies 100 persen akan meninggal. Jadi vaksin itu tidak bisa mengurangi angka rabies," tutupnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved