Jiwa nasionalisme di kalangan anak muda saat ini mulai terkikis. Pengaruh globalisasi memvbuat anak muda saaat ini bersikap kebarat-baratan. Pemahaman tentang nilai kebangsaan harus kembali dibangun secara konsisten dan bersama-sama.
Begitulah diungkapkan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani dalam penutupan Diskusi Panel Serial Yayasan Suluh Nuswantara Bangsa (YSNB) bertema "Membangun Budaya dan Nilai Keindonesiaan Demi Masa Depan Bangsa", di Jakarta, Minggu (04/12).
Menurutnya, semua itu terjadi karena pengaruh globalisasi saat ini yang sudah membuat anak-anak muda bersikap kebarat-baratan. Ini pun menjadi sebuah pekerjaan yang harus kita pikirkan. Seharusnya generasi muda harus bangga sebagai bangsa Indonesia. Apalagi Pancasila sebagai dasar negara jangan sampai hanya dijadikan jargon, tapi juga harus disadari bahwa semua masih bersatu karena Pancasila.
"Oleh sebab itu, saya selalu katakan pentingnya gotong royong. Ini kemudian tak bisa lepas dari Bhinneka Tunggal Ika, bahwa berdiri tegak menjadi satu dalam keragaman. Ada 17.000 pulau dan 633 suku di Indonesia sehingga kita harus mengatakan satu Indonesia," ungkapnya.
Dia mengingatkan bahwa gotong royong menjadi kata kunci pembangunan. Pemerintah tidak bisa sendiri membangun Indonesia karena negara ini harus berkembang secara bersama-sama. Hal inilah yang seharusnya menjadi motivasi bagi kalangan muda saat ini. Ketika melihat kalangan senior yang bersemangat, maka gairah pemuda juga akan tergugah untuk semangat.
"Saya rasa, nasionalisme generasi bangsa akan kembali bangkit, jika melihat nilai-nilai kebudayaan. Sebab, negara maju, seperti Jepang tak pernah melupakan dan selalu memegang teguh nilai budayanya. Makanya kita pun harus bangga dengan identitas budaya dan kebangsaan kita," tegas Puan.
Dijelaskan, pemerintah selama dua tahun terakhir, telah bergerak dengan melihat masa depan yang cerah. Sebab, semua bekerja atas dasar kesadaran betapa kemerdekaan diraih melalui perjuangan berat. Ini menjadi motivasi bagi kalangan muda saat ini. Ketika melihat kalangan senior yang bersemangat, maka gairah pemuda juga akan tergugah untuk semangat,
"Ketika bicara kebangsaan, maka kepentingan golongan dan kelompok tertentu sudah tidak ada lagi. Sebab, 250 juta warga Indonesia juga tidak bisa begitu saja diwakili oleh ratusan orang yang merasa dirinya lebih hebat dari yang lain. Karena itu, pemerintah saat ini menjalankan program yang terfokus pada rakyat. Misalnya, memberikan kesempatan belajar kepada anak-anak Indonesia dengan Kartu Indonesia Pintar," paparnya.
Sementara itu, Ketua Pembina (YSNB), Pontjo Sutowo menambahkan untuk budaya dan nilai kebangsaan perlu ada sinergitas yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah dalam memperkokoh nilai-nilai kebangsaan. Sebab, pengaruh globalisasi saat ini lebih banyak menggempur nilai-nilai budaya lokal daerah.
"Kita merasakan saat ini adanya pergeseran nilai-nilai budaya daerah oleh pengaruh globalisasi. Makanya sangat penting adanya sinergi dan koordinasi yang kuat antara pemerintah pusat dengan daerah dalam segala bidang, terutama dalam penguatan nilai-nilai nasionalis kebangsaan yang berakar pada budaya," ucapnya.
Diungkapkan, Indonesia sudah masuk dalam berbagai rencana negara-negara asing untuk menguasai sumber daya nasional. Bahkan beberapa sumber daya Indonesia sudah berada di tangan asing, baik negara asing maupun korporasi asing. Sehingga generasi muda banyak kehilangan kebangsaan, budaya unggul, mandiri, gotong royong, dan amanah menjadi penerus bangsa.
"Untuk itulah diperlukan budaya persatuan sebagai perekat bangsa dan sebagai acuan prilaku semua warga bangsa Indonesia. Sehingga makna nilai kebangsaan yang kita himpun harus bersumber dari Pancasila. Kemudian aspek sejarah peradaban nusantara juga dipakai untuk meluruskan nilai-nilai. Makan dalam menghadapi perkembangan global, nilai-nilai budaya bangsa berperan sebagai perisai pelindung daripada kebulatan makna pancasila," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved