Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mempertegas keinginan mengganti ‘pembantunya’ yang dianggap tak menunjukkan kinerja memuaskan. ‘Pembantu’ presiden yang akan diganti tidak hanya pada tingkat menteri tapi meluas kepada lembaga pemerintah non departemen, Polri dan TNI. Sikap Presiden SBY tersebut bertolak belakang dari sikap pada masa pemerintahan Soeharto yang mentabukan pergantian menteri ditengah jalan pemerintahannya.
Sikap tersebut diungkapan Presiden saat memberikan kata sambutan pada pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pendayagunaan Aparatur Negara di Istana Negara, Jakarta, Selasa (15/11). Pada kata sambutan tersebut Presiden meminta para pembantunya untuk berterus terang saat memberikan laporannya.
"Saya akan sampaikan kepada menteri untuk berterus terang. Kalau ada simpul-simpul yang macet, dimana simpul itu. Apakah di peraturan, tata laksana, kepemimpinannya atau memang ada tanda-tanda untuk tidak melaksanakan tugas dengan baik," kata Presiden.
Presiden SBY mengibaratkan pemerintahan yang dipimpinnya seperti sebuah mobil yang menggunakan enam busi dan jalan akan tersendat-sendat jika hanya memiliki satu busi. "Kita ganti satu busi itu, ganti yang baru. Maka jalannya akan cepat kembali," ungkap Presiden.
Presiden juga mengungkapkan bahwa dalam satu tahun pemerintahannya, dirinya telah memberikan kesempatan pada semua jajaran, departemen, kementerian negara, lembaga pemerintah non departemen, termasuk jajaran TNI-Polri. Dari hasil evaluasi setahun pemerintahaannya, Presiden SBY mengakui ada tugas-tugas yang diberikannya belum dilaksanakan. Namun hal tersebut dianggap Presiden sebagai bagian awal untuk menciptakan pemerintahan yang bersih.
"Evaluasi yang saya laksanakan, sebagian tugas itu sudah dilaksanakan dengan baik dan sebagian belum. Kalau tahun pertama masih ada penyesuaian, ada langkah awal, ada penataan dan saya masih menganggap itu bagian awal dari pemerintahan yang bersih atau good governance," jelas Presiden SBY.
Dari hasil evaluasi tersebut, Presiden berencana di tahun kedua pemerintahannya akan lebih kritis dalam mengevaluasi bawahannya. Bila ada bawahannya yang dinilai belum mampu maka akan dibikin mampu.
"Kalau belum mampu, kita bikin mampu, tidak sulit. Tapi kalau tidak mau, kasihan rakyat," ancam Presiden SBY kepada bawahannya yang malas-malasan dalam melaksanakan tugasnya.
Presiden juga dalam menjalankan pemerintahannya mengumpamakan menahkodai sebuah kapal layar. "Kapal harus berlayar, yang tidak ada gunanya di kapal kita ganti dengan awak yang lain, supaya kapal itu lajunya makin cepat dan menuju sasaran yang baik," lebih lanjut Yudhoyono.
Selain memberikan peringatan kepada bahwannya agar meningkatkan kinerjanya, Presiden SBY juga tak mengesampingkan bagi mereka yang telah bekerja keras. Presiden SBY tak menutup mata kepada aparat pemerintahannya yang telah bekerja keras. Kepada mereka yang berprestasi yang jumlahnya sangat banyak Presiden berjanji akan memberikan penghargaan.
"Mereka-mereka di seluruh pelosok tanah air telah bekerja sungguh-sungguh melaksanakan tugasnya bukan hanya untuk membangun pemerintahan yang baik, tapi juga dalam meningkatkan kinerja," ungkap Presiden Yudhoyono.
Selain itu, Presiden juga meminta kepada mereka yang berprestasi agar terus meningkatkan kinerjanya. "Karena mereka bekerja tekun tanpa harus banyak bicara. Mereka melakukan segala hal untuk kepentingan masyarakat dan negara. Saya mengharapkan kondisi seperti ini harus dipertahankan," pinta Presiden.
© Copyright 2024, All Rights Reserved