Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan seluruh warga masyarakat untuk bersama-sama mencegah munculnya kelompok terorisme di Tanah Air. Kepala Negara mengatakan, meski 10 tahun terakhir sudah banyak gembong terorisme ditangkap dan dihukum, tetapi perekrutan anggota baru tetap berlangsung, sampai kini.
"Masyarakat harus waspada, agar anak-anak dan saudara-saudara kita tidak terjebak dalam aksi terorisme," kata Presiden SBY di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Senin (17/05), sebelum terbang ke Singapura, dan Malaysua untuk kunjungan kenegaraan.
Presiden Yudhoyono mengatakan, sampai kini kaum teroris terus menyebar teror, dengan melakukan pengeboman, dan pengrusakan. Mereka ingin mendirikan negara Islam, sesuatu yang sudah rampung dalam sejarah bangsa Indonesia.
Keinginan kelompok teroris mengubah dasar negara dan konstitusi itu, menurut Presiden, pasti tidak akan mendapat dukungan rakyat. Masyarakat bersama aparat keamanan, akan terus melakukan perlawanan untuk menumpas aksi terorisme di Indonesia.
Wacana untuk membentuk negara Islam sebenarnya telah tuntas dalam sejarah berdirinya NKRI. Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, berasaskan Pancasila, dan UUD 1945, tidak memberi peluang atas berdirinya negara Islam, seperti dikehendaki kalangan teroris. Jadi, kata Presiden, aksi teroris akan mendapat perlawanan.
"Keinginan itu terkuak dari pengakuan para tersangka teroris. Mereka terus melakukan aksi terorisme untuk berdirinya negara Islam, sesuatu yang telah rampung dalam sejarah kita," tegas SBY.
Satu hal, Presiden menegaskan, meski Indonesia bukan negara Islam, namun sangat menghormati ajaran Islam. Bahkan, kata Presiden, Indonesia telah pula mengadopsi nilai-nilai Islam dalam tata aturan dan praktik bernegara.
"Jadi, kalau kelompok itu ingin mengubah dasar negara kita, tentu itu sesuatu yang tidak bisa diterima," sambung SBY.
Hasil pemeriksaan, seperti dikutip SBY, kalangan teroris itu juga tegas menolak praktik demokrasi. Padahal, negara demokrasi adalah hasil dari reformasi yang merupakan keinginan seluruh rakyat Indonesia, minus kelompok terorisme.
"Ya, tiba-tiba mereka menggunakan Aceh, sebagai satu basis, baik untuk latihan pengorganisasian, maupun rencana," kata Presiden.
Karena itulah, meski tokoh-tokoh teroris yang membikin negara tak aman selama sepuluh tahun terakhir sudah dilumpuhkan, tapi ada saja pelaku yang sudah pernah dipenjara, kembali melakukan aksinya. Jadi, aksi terorisme masih akan berulang.
Yang patut diwaspadai, karena sasaran dari aksi terorisme yang dulu kalangan asing, kini sudah mencoba menjadikan bangsa dan pemerintah sebagai sasaran. Paling tidak, itu yang dikemukakan Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri, beberapa hari lalu, kelompok teroris akan menjadikan Presiden SBY, serta para pejabat negara sebagai sasaran pembunuhan.
"Sasarannya Presiden dan para pejabat tinggi negara, akan ditembak pada perayaan HUT ke-65 Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2010," kata Kapolri kepada pers.
© Copyright 2024, All Rights Reserved