Asosiasi Petani Hortikultura Purbalingga (APHP) Bangkit Lestari mengembangkan budidaya aneka cabai dan bawang merah dengan inovasi rain shelter. Inovasi tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas dan produktivitas kala musim hujan agar terbebas dari penyakit pantek.
Keunggulan inovasi sederhana yang dipraktikkan APHP Bangkit Lestari, pun jauh lebih murah dibanding yang pernah dikembangkan Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura Kementerian Pertanian.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Spudnik Sujono mengakui keunggulan inovasi tersebut. Pihaknya juga berharap cara budidaya cabai dan bawang merah seperti itu bisa ditiru. Karena dengan penerapan inovasi tersebut, pihaknya optimis ke depannya swasembada berkelanjutan cabai dan bawang merah bisa terwujud. Sehingga harga jualnya menjadi stabil.
"Inisiatif tersebut merupakan pemikiran yang baik dan sederhana. Karena petani umumnya menghindari tanam 2 komoditas bumbu dapur itu saat musim hujan pada Oktober-Maret (Okmar). Kalau saya bilang, inovasi itu adalah sungkup plastik," katanya disela-sela "Temu Petani" di Desa Pekucen, Purbalingga, Jawa Tengah, Jumat (1711).
Pada kesempatan itu, pihaknya berjanji bakal meningkatkan bantuan kepada petani Purbalingga. Sebab, hingga saat ini pihaknya sudah bantu 100 hektare (ha) dan bahkan sudah bertambah menjadi 125 ha. Jumlah itu dianggap masih kurang dan pihaknya berjanji akan mencarikan lagi. Bantuan tersebut akan diberikan berbarengan dengan bantuan berbagai alsintan pascapanen.
"Kalau bisa, petani ini mencoba tanam organik dan mengurangi penggunaan pestisida. Alasannya, lebih sehat, berkualitas dan menekan ongkos produksi. Penggunaan pupuk juga jangan berlebihan serta mengontrol pH tanah. Sehingga asupan makanan tanaman dan manusia tidak beda jauh, harus diperhatikan kandungannya," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga akan mengundang perwakilan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Malang, Kurniawan ke Purbalingga. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan petani akan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan penyakit lain. Sehingga bisa mengetahui bagaimana caea mencegahnya tanaman tersebut dari virus kuning.
"Virus kuning adalah satu salah penyakit yang sering menyerang tanaman cabai. Virus ini menyerang tananaman cabai dengan cara ditularkan. Karena pada virus kuning tersebut tidak dapat menular dengan cara gesekan daun ataupun udara, tidak memiliki Gen jantanenyerang tananaman cabai dengan cara ditularkan. Karena pada virus kuning tersebut tidak dapat menular dengan cara gesekan daun ataupun udara, tidak memiliki Gen jantan atau betina dan tidak memiliki klorofil," ulasnya.
Sementara itu, Asisten Setda Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Purbalingga Sigit Subroto menambahkan, wilayahnya siap menjadi lumbung hortikultura. Sebab, wilayahnya, baik dataran rendah dan tinggi sangat cocok untuk ditanami berbagai sayur dan buah-buahan. Bahkan, di Purbalingga sudah memiliki Stasiun Terminal Agrobisnis (STA). Sehingga pengiriman produksi sayur-sayurannya bisa dikirim sampai Jakarta dan Bandung.
"Kami menargetkan bisa menjadi sentra produksi bawang merah baru di Jawa Tengah setelah Brebes. Namun, kami masih perlu banyak belajar lagi. Karena petani kami sebagai besar masih menanam dengan cara konvensional sehingga produksinya belum optimal dan masih butuh banyak bantuan," terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua APHP Bangkit Lestari Bambang Wuryono berharap sinergi seperti ini bisa terus berjalan dan menjadi lebih baik. Karena hal itu dapat meningkatkan kesejahteraan petani hortikultura. Pihaknya juga berjanji dengan inovasi yang sudah ada akan terus menanam cabai saat musim hujan, khususnya bulan Agustus.
"Sejak 6 bulan terakhir ini harga jual di tingkat petani selalu bagus. Karena hanya produk asal Purbalingga yang paling bagus. Sebagian besar produksi cabai dari daerah lain terkena penyakit dan busuk," ucapnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved