Siapa yang tak kenal Rima Melati. Artis senior ini pernah divonis menderita kanker payudara stadium lanjut. Penyakit berbahaya yang dapat merenggut nyawa ini dihadapinya dengan tanpa gentar. Perjuangan gigih artis bernama asli Marjolien Tambajong ini untuk sembuh tersebut, akhirnya berbuah manis. Ia berhasil sembuh dari penyakit tersebut.
Belajar dari pengalaman getir itulah, kini bintang film kawakan ini, aktif mengkampanyekan pencegahan terhadap penyakit mematikan itu. Dibawah bendera Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ), yang didirikan oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Agum Gumelar sejak tahun 2000, Rima terus mensosialisasikan betapa pentingnya deteksi dini terhadap kanker payudara pada masyarakat. Perempuan harus selalu waspada terhadap penyakit yang satu ini, karena bisa menyerang kapan saja.
"Sebelum terkena kanker payudara pada usia 42 tahun, saya juga pernah terkena kanker usus besar hingga akhirnya penyakit itu hilang semua dari tubuh saya," terang perempuan kelahiran Tondano, Sulawesi Utara, 22 Agustus ini kepada politikindonesia.com, di Jakarta, Selasa (03/09).
istri aktor Frans Tumbuan itu bercerita, penyakit kanker yang dideritanya memiliki gejala yang bisa dirasakan. Karena dideteksi lebih awal, jadi bisa dilakukan operasi. Setelah sembuh, mantan peragawati Indonesia ini kemudian kembali kepada kesibukannya sebagai seorang pemain film dengan jadwal syuting yang cukup padat.
"Pola hidup saya pun menjadi tidak teratur, seperti tidur yang kurang, makan serba siap saji, olahraga tidak teratur dan lainnya. Gaya hidup selama bertahun-tahun yang tidak sehat itu yang menjadi salah satu faktor pemicu munculnya sel kanker yang menyerang payudara saya," ungkap peraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1973 ini.
Kepada Elva Setyaningrum, aktifis Yayasan Wanita Indonesia Tanpa Tembakau ini berbagi pengalaman menghadapi kanker payudara. Apa saja yang dia lakukan hingga bisa terbebas dari penyakit mematikan tersebut. Berikut petikan wawancaranya.
Bagaimana awalnya Anda divonis kanker payudara?
Awalnya, saya merasa tidak ada yang aneh dengan payudaranya, hingga suatu ketika merasakan ada sebuah benjolan kecil pada payudara sebelah kiri saya. Karena ketidaktahuan saya, saya biarkan saja. Ternyata benjolan kecil itu adalah kanker dan sudah masuk stadium akhir.
Saat mendengar pertama kali divonis kanker payudara, saya shock sekali. Sebab pada saat itu, informasi tentang kanker payudara masih sangat sedikit. Tapi saya bersyukur karena Tuhan sudah memberikan saya kesembuhan.
Bisa ceritakan kisah Anda terbebas dari kanker yang mematikan itu?
Selain doa, usaha dan pengobatan. Saya bersemangat untuk sembuh. Saya pun meminta kepada Tuhan untuk memberikan semangat dan kesembuhan. Saya juga berusaha untuk operasi dan kemoterapy serta radiasi untuk membunuh sel-sel kanker. Untungnya sekarang peralatan sudah lebih canggih.
Pengalaman apa yang ingin Anda bagikan dengan orang lain?
Saya ingin mengatakan pada semua orang, bahwa dengan semangat yang besar dan usaha yang gigih pasti masalah akan berhasil dilalui. Yang ingin saya tekankan, jangan sampai kanker itu dideteksi hampir pada stadium akhir. Jika ada benjolan kecil, langsung saja tanyakan ke dokter. Karena deteksi dini sangatlah penting. Hal ini dilakukan karena peluang untuk sembuh lebih besar daripada stadium lanjut. Tapi kalau memang terlambat terdeteksi, maka bersemangatlah karena dengan bersemangat, you can handle everthing.
Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk deteksi dini kanker payudara?
Deteksi dini bisa dilakukan dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Pemeriksaan ini bisa secara rutin dilakukan setiap hari dengan meraba apakah ada benjolan pada payudara. Karena hampir 80 persen benjolan di payudara bisa diketahui oleh wanita tersebut. Misalnya, kalau kita lagi mandi, begitu badan disabuni, sekalian diraba disekitar area tersebut, ada benjolan atau tidak. Kalau ada langsung periksa ke dokter agar dokter bisa menilai keadaan payudara. Selain itu, bisa dilakukan dengan memagrafi atau USG untuk menilai keadaan payudara.
Menurut Anda, kapan pemeriksaan tersebut bisa dilakukan?
Bagi perempuan yang menstruasi, pemeriksaan SADARI, mamografi dan USG payudara bisa dilakukan sesudah selesai menstruasi. Pemeriksaan bisa dilakukan pada hari ke 10-20 dari siklus menstruasi. Karena pada saat itu, payudara dalam keadaan tidak tegang dan pemeriksaan bisa terasa nyaman.
Lalu bagaimana dengan perempuan yang menopause?
Untuk perempuan yang menopause, pemeriksaan SADARI dilakukan pada tanggal tertentu dari setiap bulannya. Misalnya, setiap tanggal 1, tanggal kelahiran atau tanggal lain yang mudah diingat. Kalau pemeriksaan oleh dokter dan mamografi bagi perempuann menopause dapat dilakukan kapan saja. Walaupun Anda tidak merasa ada keluhan, pemeriksaan diri bisa dilakukan secara rutin mulai usia 35 tahun. Sedangkan bagi perempuan yang dalam keluarganya terdapat riwayat kanker, pemeriksaan harus dimulai pada usia yang lebih awal (kurang dari 35 tahun).
Bagaimana dengan kelainan payudara yang tidak teraba?
Pemeriksaan kelainan payudara yang direkomendasikan adalah pemeriksaan mamografi. Pada usia diatas 35 tahun, perempuan sudah bisa dilakukan dengan mamografi karena kepadatan kelejar susu mulai berkurang. Oleh karena itu kanker payudara sangat dini yang berupa kalsifikasi (perkapuran) dapat dilihat pada pemeriksaan mamografi. Saat ini skrining mamografi yang dianjurkan adalah usia 40 tahun keatas. Sedangkan pemeriksaan mamografi pada perempuan usia dibawah 35 tahun tidak dianjurkan karena kelenjar susu yang masih padat akan menyerap radiasi cukup banyak dan kelainan payudara tidak bisa diidentifikasi dengan jelas.
© Copyright 2024, All Rights Reserved