Dihadapan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Presiden Joko Widodo telah menyatakan, niat Indonesia untuk bergabung dengan Trans-Pacific Partnership (TPP). Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan sejumlah saran sebelum Indonesia benar-benar bergabung dengan pasar bebas bentukan Amerika Serikat itu. SBY mengatakan, sejumlah hal harus dipertimbangkan sebelum Indonesia bergabung.
Saran tersebut disampaikan SBY melalui akun twitternya, @SBYudhoyono, Jumat (30/10) siang. Ketua umum Partai Demokrat itu membenarkan, bahwa saat dirinya menjabat Presiden, ia tidak setuju Indonesia masuk TPP.
“Di media masa diberitakan, dulu "SBY tolak TPP", kini "Jokowi dukung TPP". Memang benar, dulu saya tidak setuju Indonesia masuk TPP,” tulis SBY.
Trans-Pacific Partnership adalah kerjasama ekonomi lintas Pasifik, yang dimotori AS. Hakikatnya ~ liberalisasi perdagangan & investasi.
SBY mengatakan, sebenarnya TPP baik, jika negara anggotanya "siap", kepentingannya diwadahi dan benar-benar memberikan keuntungan bersama. Jika Indonesia merasa belum siap & dipaksa masuk TPP, maka justru negara kita akan dirugikan. Begitulah "hukum globalisasi".
SBY mengungkapkan alasannya dulu mengapa menilai Indonesia belum tepat bergabung ke TPP. Pertama, Indonesia sedang tingkatkan kesiapan untuk Masyarakat Ekonomi ASEAN.
“Kita juga harus "untung" dalam China-ASEAN Free Trade Agreement. Rakyat khawatir kalau kita tak siap dan merugi dalam 2 kerjasama ini,” tulis SBY.
Dijelaskan, saat itu Indonesia sedang ikut negosiasi RCEP ~ kerjasama ekonomi ASEAN + Tiongkok, Jepang & Korea. “Jangan sampai kita juga tak siap.”
SBY mengatakan, ekonomi Singapura, Malaysia, Brunei dan Vietnam (yang masuk TPP), berorientasi ekspor. Sedangkan Indonesia tidak. Pasar domestik kita besar.
“Jika tak siap, justru pasar kita akan kebanjiran barang dan jasa negara lain, sementara ekspor kita tak bisa bersaing di luar negeri.”
SBY menyebut, sudah ada APEC ~ yang juga merupakan wadah kerjasama ekonomi Asia Pasifik. Karenanya, dulu TPP belum jadi prioritas utama.
“Tapi, Presiden Jokowi punya hak dan bisa saja ubah posisi kita, dan putuskan bergabung ke TPP ~ mungkin beliau sudah berjanji di Amerika. Dengan niat baik, ijinkan saya menyarankan agar sebelum keputusan resmi dan final diambil, sejumlah hal mesti dipastikan,” ujar SBY.
SBY meminta pemerintah memastikan Indonesia mendapatkan keuntungan nyata ~ dalam pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan.
“Indonesia mesti siap benar~ kesiapan pelaku bisnis & masyarakat; kebijakan & regulasi; serta infrastruktur & konektifitas domestik.”
SBY juga menyarankan posisi negosiasi Indonesia harus kuat (tough). Jangan sampai kita hanya dapat sedikit. Lagipula negosiasi 12 negara TPP telah tuntas, 5 Oktober 2015 lalu
SBY menyarankan pula, mengingat dampak TPP besar bagi ekonomi Indonesia, pemerintah perlu minta pendapat para ekonom, dunia usaha dan masyarakat.
Satu lagi, TPP seperti juga AIIB ada sisi geopolitiknya. Pastikan kita bersahabat dengan semua mitra, termasuk Amerika, Tiongkok & Jepang
SBY mengajak Jokowi untuk jaga politik luar negeri bebas aktif. Serta all directions foreign policy. Cegah bersekutu dengan satu negara dan berjarak dengan yang lain. “Mari kita pastikan pula, dgn pihak manapun kita bekerjasama, kepentingan nasional Indonesia diatas segalanya.”
SBY mengatakan, sarannya ini untuk membantu Presiden Jokowi untuk bisa mengambil keputusan dengan tepat dan jernih. “Ini demi kepentingan bangsa dan negara tercinta,” tandas SBY.
© Copyright 2024, All Rights Reserved