Dalam operasi sepanjang tahun 2016 ini, Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri telah menangkap 170 orang yang diduga sebagai teroris. Jumlah ini meningkat 107 persen dibanding penangkapan tahun sebelumnya, yang mencapai 82 orang.
"Terorisme meningkat, sekarang ada 170 (orang), tapi bukan serangannya, termasuk yang ditangkap orangnya," terang Kapolri Jenderal Tito Karnavian memaparkan catatan akhir tahun Polri di Mabes Polri, Jakarta, kemarin.
Tito menjelaskan, dari 170 orang tersangka kasus terorisme yang ditangkap, sebanyak 40 orang di antaranya telah divonis di Pengadilan. Sementara, 130 tersangka lainnya ada yang dikembalikan ke pihak keluarga, ada yang sedang menjalani proses sidang, di tahap penyidikan dan meninggal dunia.
Kapolri mengatakan, penegakan hukum terhadap tersangka kasus terorisme juga berimplikasi pada jatuhnya korban luka maupun gugurnya sejumlah anggota Polri. Sebanyak 11 anggota Polri mengalami luka-luka selama 2016. Satu di antaranya gugur saat bertugas.
Tito menyebut, berbagai serangan terorisme yang terjadi di Indonesia dilatarbelakangi oleh dinamika yang terjadi di Irak dan Suriah.
Menurutnya, kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang mendapatkan tekanan dari sejumlah negara, memerintahkan seluruh simpatisannya di berbagai penjuru dunia untuk melancarkan serangan teror.
"Itu penyebab terjadinya serangan di Eropa seperti Perancis, kemudian termasuk di Indonesia," ucapnya.
Kapolri memperkirakan kejahatan terorisme masih akan terus dilakukan ISIS pada 2017 mendatang. Ancaman tersebut terus diantisipasi Polri.
© Copyright 2024, All Rights Reserved