Dua hari sebelumnya (6/5) marak diberitakan, pihak Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri berhasil menangkap lima orang yang diduga adalah kaki tangan Noordin M Top dan Dr. Azahari. Mereka adalah Aprianto alias Irwan, Arman alias Haris, Nano, Abdul Muis, dan Asruddin.
Saat itu, informasi menyebutkan, penangkapan yang dilakukan Densus 88 secara mendadak dan tertutup pada Sabtu pekan lalu (6/7) di Tolitoli dimulai dengan menciduk Asrudin pada sebuah rumah kost di seputaran Pasar Bumi Harapan, Kelurahan Baru (kota Tolitoli).
Ketika itu beberapa petugas yang mengenakan pakaian preman berpura-pura membeli sekaligus memesan makanan camilan dalam jumlah banyak dari Asrudin yang sehari-harinya berjualan kripik pisang dan ubikayu. Saat barang diantar, Asludin langsung dibekuk dan selanjutnya digiring ke sebuah mobil khusus untuk menjalani pemeriksaan. Berdasarkan keterangan Asruddin, Densus 88 kemudian melakukan penggerebekan di sebuah rumah kontrakan di Kelurahan Nalu, pinggiran kota Tolitoli.
Ahmad Djafara, Ketua RT 18 RW6 Kelurahan Nalu, membenarkan penangkapan terhadap empat orang pendatang di wilayah kerjanya oleh petugas kepolisian yang katanya berasal dari Mabes Polri. Namun, Djafara mengaku tidak mengetahui pasti nama asli mereka yang ditangkap, kecuali mengatakan keempat pendatang itu sudah lima bulan mengontrak sebuah rumah di Kelurahan Nalu dan pekerjaan sehari-hari mereka adalah menjajakan roti dan kripik di jalanan.
Namun, berita yang mengait-ngaitkan penangkapan tersebut dengan jaringan aksi terorisme, dibantah langsung oleh Kapolda Sulawesi Tenggara (Sulteng) Brigjen Pol Drs Oegroseno, Menurut Kapolda, kelima orang yang ditangkap di Tolitoli akhir pekan lalu bukanlah anggota jaringan terorisme. Ditegaskan, kelima orang itu ditangkap karena dugaan terlibat kasus kriminal biasa. "Mereka diduga terlibat kasus pembunuhan tahun 2001 dan 2004," tuturnya, tanpa menyebutkan lokasi kejadian dan korbannya.
Kendati demikian, kelima orang tersebut kini dalam pemeriksaan itensif Polda Sulteng, dan tak akan diberangkatkan ke Jakarta (Mabes Polri). ”Kecuali dalam pemeriksaan ke depan ditemukan adanya keterkaitan dengan kasus tindak pidana di daerah lain,” katanya.
Kapolda Sulteng juga membantah adanya penyitaan sejumlah barang bukti (babuk) seperti dua butir amunisi, CD, serta beberapa buku terkait masalah jihad saat dilakukan penggerekan di rumah kontrakan Aprianto dkk di Kelurahan Nalu, Kecamatan Baolan (kota Tolitoli). "Nggak ada itu, termasuk babuk berisi pesan jihad yang disita petugas," tegasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved