Pasca pencabutan embargo militer oleh Amerika Serikat (AS), Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) akan melihat perkembangannya dulu, karena terbentur minimnya anggaran. Hal tersebut diungkapkan Kepala Staf TNI AD (Kasad) Jenderal Djoko Santoso saat menghadiri HUT ke 34 Korpri di lingkungan TNI, Selasa (29/11).
Namun, Kasad mengemukakan yang jelas dalam waktu dekat TNI AD akan mengirimkan sejumlah perwiranya untuk mengikuti program pelatihan dan pendidikan militer internasional atau IMET di Amerika. Hal tersebut sebagai tindak lanjut kerjasama militer dengan AS. Pemanfaatan program IMET ini menurut Djoko sesuai dengan petunjuk dan program dari Mabes TNI.
Pencabutan embargo oleh AS ini tak terlalu berpengaruh terhadap kinerja TNI AD, lanut Djoko. Ini dikarenakan peralatan seperti mortir dan senjata ringan telah dapat dipenuhi oleh PT Pindad. Namun, Djoko juga mengungkapkan bahwa saat ini prioritas peralatan TNI AD adalah kendaraan lapis baja, alat-alat berat untuk zeni serta senjata canggih untuk infantri.
Sedangkan untuk melanjutkan rencana program TNI AD dalam membeli helicopter jenis Bell dari AS melalui fasilitas kredit ekspor yang terhenti sejak 1966, belum dilakukan perencanaan ulang. Hal tersebut terbentur pada anggaran yang minim.
"Pada 1996 kami pernah berencana membeli helicopter Bell dari AS melalui fasilitas kredit ekspor. Namun dengan pencabutan embargo saat ini kami belum merencanakan untuk menindaklanjuti kembali pembelian heli Bell tersebut, karena minimnya anggaran," kata Djoko membantah sinyalemen TNI AD akan membeli helicopter dari AS.
Menurut data di TNI AD, Pusat Penerbang TNI AD (Pusnerbad) memiliki heli tempur sebanyak 40 unit. Dari 40 unit itu yang layak terbang dan kondisi siap operasional sebanyak 21 unit, sedangkansisanya 19 unit dalam kondisi rusak dan perlu perbaikan karena ketiadaan suku cadang.
© Copyright 2024, All Rights Reserved