Pemerintah terus mengupayakan penyelamatan 10 warga negara Indonesia yang kini disandera kelompok Abu Sayyaf. Presiden Jokowi bahkan telah menelpon langsung Presiden Filipina Benigno Aquino III membahas upaya penyelamatan itu.
“Lagi ada pembicaraan antara presiden kita dan presiden mereka," terang Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso, kepada pers, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (31/03).
Sutiyoso menyampaikan, Presiden Jokowi memanggil dirinya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo membahas keselamatan 10 WNI tersebut.
Sutiyoso juga sempat mengutarakan kekecewaannya atas penolakan Filipina terkait bantuan militer Indonesia untuk menyelamatkan para sandera. Pasalnya, militer Filipina belum bisa menyelamatkan 6 warga negaranya yang juga disandera Abu Sayyaf. Namun ia memaklumi, sikap Filipina itu terkait harga diri, reputasi dan lainnya.
Menurut Sutiyoso, ada kemungkinan, Indonesia akan melakukan hal yang sama jika berada di posisi Filipina. "Ya, kalau ada penyanderaan di sini ya kita selesaikan sendiri, makanya itu perlu koordinasi," tegas dia.
Dari informasi intelijen, diketahui tidak hanya WNI saja yang jadi sandera. Terdapat pula 11 WNA dari berbagai negara yang jadi sandera. “Menurut informasi intelijen Filipina itu sudah ada 11 warga asing, 6 berasal dari Filipina, lalu 2 itu dari Kanada, 1Belanda, 1 Italia, dan ada Norwegia juga," tutur Yos.
Sutiyoso menambahkan, keberadaan para sandera telah diketahui. Ia menjelaskan mereka tidak berada dalam 1 lokasi, tapi tidak dalam jarak yang jauh. Namun, pemerintah Indonesia belum bisa mengambil sikap karena sandera berada di juridiksi negara lain.
“Pemerintah lagi merancang beberapa opsi. tapi prinsip dasarnya adalah bagaimana keamanan para sandera ini paling kita utamakan. Karena ini adalah di negara orang lain tentu harus ada proses," tandas Sutiyoso.
© Copyright 2024, All Rights Reserved