PT XL Axiata Tbk bakal mendapatkan dana segar yang berasal dari penjualan 3.500 menara BTS miliknya. Nilainya mencapai Rp5,6 triliun. Dana ini akan digunakan XL untuk menekan beban utang yang selama ini membebani perusahaan.
"Dananya untuk pembayaran utang yang merupakan kombinasi rupiah dan dollar AS," kata Direktur Keuangan PT XL Axiata Mohammed Adlan, akhir pekan kemarin.
Dalam laporan keuangan semester I tahun ini, PT XL Axiata mencatat pinjaman jangka panjang Rp24,42 triliun. Pinjaman tersebut dalam mata uang rupiah yakni Rp11,6 triliun. Sementara utang XL yang berdenominasi dollar AS mencapai US$1,07 miliar.
Utang PT XL Axiata tersebut terdiri dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp7,4 triliun dan pinjaman dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp2,4 triliun. Selain itu, XL juga memiliki utang kepada Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd senilai Rp800 miliar, dan Rp1 triliun dari PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia.
Sementara itu, utang dollar AS berasal dari Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd sebesar US$299 juta, Export Kredit Nämnden senilai US$72,32 juta, dan Standard Chartered Bank US$150 juta.
XL juga memiliki pinjaman dari DBS Bank Ltd Singapore US$300 juta, United Overseas Bank Limited sebesar US$150 juta, dan The Royal Bank of Scotland Plc Singapore US$100 juta.
“Pembayaran utang ini belum bisa diperhitungkan alokasinya. Sebab, transaksi penjualan masih belum selesai. Baru akan diselesaikan akhir tahun," kata Direktur Utama PT XL Axiata Hasnul Suhaimi.
XL mengumumkan telah menjual 3.500 menara pada PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) pada 1 Oktober lalu. Dalam aksi tersebut, XL akan menerima pembayaran dalam bentuk tunai tanpa pembayaran lain. XL juga akan menyewa menara yang telah dijual pada SUPR dalam waktu 10 tahun.
© Copyright 2024, All Rights Reserved