Ribuan umat Hindu dalam pakaian adat Bali memadati Pura Sakenan, salah satu pura "sad kahyangan" (pura besar) yang "piodalan" atau upacara besar bertepatan dengan hari raya Kuningan. Umat Hindu Dharma di Bali, Sabtu (22/05), merayakan hari suci Kuningan dalam rangkaian hari raya Galungan, yang bermakna memperingati kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan).
Pada hari suci yang jatuh sepuluh hari setelah Galungan itu, umat Hindu menyerahkan sesaji (sesajen) di pura, tempat suci umat Hindu maupun di merajan, tempat suci milik keluarga. Setelah melakukan persembahyangan di tempat suci keluarga (merajan) dan Pura Jagatnatha di Kota Denpasar, juga melaksanakan hal yang sama ke Pura Sakenan, Kelurahan Serangan, 12 km selatan Denpasar.
Sebelum 1995, lokasi tersebut terpisah dengan daratan Pulau Bali. Akibatnya, umat Hindu yang bersembahyang ke sana harus menggunakan jasa perahu motor atau jukung. Sekarang lokasi tersebut menyatu dengan daratan Pulau Bali, berkat pengerukan dan perluasan oleh Bali Turtle Island Development (BTID), sebuah perusahaan swasta nasional. Masyarakat kini mudah menjangkau lokasi pura, dengan kendaraan bermotor.
Hari suci Kuningan, bertepatan dengan piodalan di Pura Sakenan. Persembahyangan berlangsung sejak pagi hingga sore, serta sehari sebelum dan sesudah puncak piodalan di pura itu. Pura Sakenan, salah satu pura "sad kahyangan" memiliki keunikan dan keistimewaan dibanding tempat suci lainnya di Pulau Dewata. Yakni terdapat "persada" atau bangunan yang bertingkat seperti limas.
Menurut sejarah Pura Sakenan dibangun oleh Asthapaka, seorang pendeta Budha. Pendeta tersebut kagum pada keindahan laut yang berpadu dengan keindahan daratan. Sang Pendeta merasa di tempat itu ada suatu kekuatan suci, sangat baik untuk memuja Tuhan demi keselamatan dan kesejahteraan umat manusia.
Mengantisipasi padatnya umat bersembahyang di Pura Sakenan, pihak panitia dan "bendesa adat" Serangan menerapkan antrean masuk ke "mandala utama" (areal utama) pura untuk mengikuti persembahyangan dengan tertib. Mereka juga menyediakan areal parkir cukup luas, yang mampu menampung ribuan kendaraan bermotor, dengan berkoordinasi bersama pecalang atau keamanan desa adat setempat.
Wisatawan mancanegara yang sedang menikmati liburan di Bali, lengkap dengan pakaian adat Bali, juga ikut berbaur dengan umat Hindu. Mereka menyaksikan jalannya upacara keagamaan yang berlangsung setiap 210 hari sekali itu.
© Copyright 2024, All Rights Reserved