Selama ini, kerap muncul suara sumbang dari sekelompok arkeolog dan geolog terhadap penelitian yang berlangsung di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karya Mukti, Campaka, Cianjur. Mereka meributkan soal riset itu sejak 4 tahun lalu. Ketika Tim Nasional Gunung Padang kembali melanjutkan penelitian, awal September lalu, kritik mereka kembali muncul.
Terhadap hal ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhammad Nuh angkat bicara. Para pencibir riset Gunung Padang itu sebaiknya introspeksi diri Bila mereka tak bisa membantu tim peneliti, jangan malah membuat repot.
Nuh mengajak dengan tangan terbuka para peneliti untuk bergabung menuntaskan riset Gunung Padang, agar misteri yang tersimpan selama ini dapat terkuak.
“Monggo gabung sama-sama, yo repot to, barang e sitok wong e loro. Jadi tentu kebijakan nasional, siapapun yang mau bergabung silakan," kata Nuh yang berkunjung ke Gunung Padang, Rabu (19/09).
Mendikbud menegaskan, Tim Nasional Riset Gunung Padang saat ini sudah mempunyai arah dan tujuan untuk melakukan ekskavasi. Termasuk hasil apa yang akan dicapai.
Jika ada peneliti lain yang ingin bergabung, sebaiknya ikut membantu bukannya membuat kebijakan lain atau bahkan melontarkan tudingan yang tidak berdasar atas penelitian ini. “Jangan sampai kita sudah punya arah, dia mau arah lain. Kalau sampeyan tidak bisa bantu, jangan ngerepoti,” imbuhnya.
Dalam kunjungan itu, Mendikbud melihat langsung kerja Tim Nasional di lapangan. Ia mendapat penjelasan dari para peneliti terkait perkembangan penelitian dan sejumlah artefak yang ditemukan dalam penelitian.
Arkeolog Ali Akbar yang juga tergabung dalam Tim Nasional Riset Gunung Padang, menunjukkan beberapa artefak, salah satunya adalah koin yang baru ditemukan pada Senin (15/09) lalu.
Mendikbud tampak serius mengamati koin logam pipih berwarna hijau yang berukuran 1,7 cm itu melalui kaca pembesar. “Ada foto orangnya. Kok seperti ada wajah manusianya?," tanya Nuh.
Ali pun juga menjelaskan bahwa ketika menemukan koin yang diperkirakan terbuat dari perunggu itu, tim juga kaget dengan wajah orang dalam koin itu. Namun belum bisa dipastikan siapa wajah orang dalam koin tersebut. “Foto yang ada di dalamnya kira-kira akan menjadi presiden," canda Nuh.
Ali Akbar kemudian melanjutkan penjelasannya. Dari penelitian awal, koin itu berhiaskan ukiran pada sisi luar dengan motif yang disebut sebagai gawangan. Yaitu motif kotak yang saling terpaut dan mengelilingi koin.
Selain itu, adapula ukiran berupa lingkaran-lingkaran kecil dengan diameter 0,11 millimeter yang berjumlah 84 buah. Sementara itu untuk usia koin itu sendiri, tim berpendapat bahwa koin yang ditemukan di kedalaman 11 meter itu berusia lebih dari 10 ribu tahun SM (Sebelum Masehi).
“Bayangkan, siapa yang bisa membuat koin sedetail itu. Untuk usianya kita pakai logika saja di kedalaman 4 meter itu melalui carbon dating usianya sekitar 5200 SM. Dan kedalaman 11 meter kita sudah uji karbon sekitar 10 ribuan SM. Namun hal itu masih perlu banyak bukti. Kita baru punya data bor dan artefak ini. Tapi ini sudah menunjukkan luar biasa," terang Ali.
Ali menyebut hipotesa sementara, koin ini bukanlah alat transaksi pada masanya. Melainkan lebih menyerupai amulet (sejenis ajimat). Artefak itu merupakan hasil penyedotan material yang dikeluarkan dari pipa ketika melakukan pengeboran di kedalaman 11 meter. Akan tetapi mesin bor itu tidak merusak situs.
“Di sampingnya ada ruang gerak untuk sirkulasi air sehingga artefak itu tersedot dan tidak rusak. Ada kemungkinan artefak itu terpendam di pasir, bukan di atas batu. Untuk sementara baru satu yang ditemukan," terang Ali.
© Copyright 2024, All Rights Reserved