Pangeran muda Kerajaan Saudi, Mohammed bin Salman,31, yang juga menjabat sebagai Deputi Putra Mahkota Mohammed bin Nayef, mengungkapkan rencana ambisius Arab Saudi untuk mengakhiri ketergantuan dunia terhadap minyak.
Dalam Visi 2030, Pangeran Mohammed ingin menaikkan penerimaan non-minyak mencapai 600 miliar riyal (US$160 miliar) pada tahun 2020 dan 1 triliun riyals (US$267 miliar ) tahun 2030.
Sementara pada tahun 2015 lalu penerimaan non-minyak baru mencapai 163,5 miliar riyals (US$43,6 miliar).
Namun syangnya, Mohammed tak menjelaskan detil rencana tersebut. Dia hanya menjanjikan hal tersebut akan tercapai, dan komentarnya berupaya untuk menarik spektrum sosial yang lebih luas dalam masyarakat Saudi. Terutama partisipasi kaum muda yang saat ini menghadapi tekanan pengangguran dan perubahan ekonomi.
Sejumlah hal yang akan dilakukan Mohammed di antaranya yakni, pertama, dia akan menjual kurang dari 5 persen saham BUMN minyak Arab Saudi yakni Saudi Aramco. Valuasi harganya saat ini valuasinya lebih dari 7 triliun riyal atau US$2 triliun . Skemanya dilakukan melalui IPO.
Rencana lain, yakni melakukan perubahan sosial dengan mendorong peran wanita agar lebih aktif dalam pembangunan dan perekonomian. Salah satu caranya, yakni dengan memberikan status bagi ekspatriat untuk menjadi warga negara.
"Kami tidak ingin negara kami jadi bulan-bulanan pasar komoditas dari luar," kata Sang Pangeran di Istana Kerajaan di Riyadh.
Sebelum harga minyak mulai terjun pada 2014, sejumlah ekonom menganggap kebijakan fiskal Riyadh dan struktur ekonominya sudah tidak berkelanjutan. Sementara mengurangi pendapatan dari penjualan energi yang membuat reformasi lebih mendesak.
Rencana Pangeran Muda ini tampaknya digunakan untuk mengangkat sentimen di pasar saham Saudi, di mana saham melonjak 2,5 persen pada perdagangan selama delapan bulan. Tapi hal itu tidak menjamin kerajaan bisa makmur di era minyak murah.
Fokus rencana sang pangeran yakni restrukturisasi reksa dana umum (PIF), yang akan menjadi hub untuk investasi Saudi di luar negeri, antara lain dengan mengumpulkan uang melalui penjualan saham di Aramco.
Dalam konferensi persnya, Mohammed menampilkan dirinya sebagai seorang pemimpin modern yang berusaha untuk membangun kembali Arab Saudi dari lesunya ekonomi dan reputasi. Dia menunjukkan minat dalam topik termasuk pendidikan, peran publik perempuan, dan sepak bola.
“Arab Saudi akan menyiapkan kurikulum pendidikan baru. Meskipun upaya reformasi sebelumnya, sekolah kerajaan selalu terlihat seolah-olah hanya fokus pada ajaran agama daripada mempersiapkan siswa untuk peran dalam ekonomi modern,” kata Mohammed.
Berdasarkan rencana, Arab Saudi akan memproduksi atau merakit setengah dari peralatan pertahanan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, katanya, dan Riyadh akan membuat investasi asing lebih mudah.
"Saya pikir pada tahun 2020, jika minyak berhenti berproduksi kami bisa bertahan hidup. Visi ini bukanlah mimpi, itu adalah kenyataan yang akan terwujud," kata Pangeran Mohammed.
© Copyright 2024, All Rights Reserved