Defisit Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2017, per 31 Maret mencapai Rp104,9 triliun. Angka itu setara 0,77 persen dari Produk Domestik Bruto dan lebih kecil dibanding defisit anggaran sepanjang kuartal pertama tahun lalu yang mencapai Rp143,4 triliun atau 1,13 persen dari PDB.
Demikian disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, di Jakarta, Senin (17/04). "Pembiayaannya Rp 187,9 triliun, lebih kecil ketimbang tahun lalu Rp 200,2 triliun. Secara total, kami memiliki kelebihan pembiayaan Rp82,9 triliun," terang dia.
Sri Mulyani menerangkan, dalam periode yang sama, pendapatan negara mencapai Rp295,1 triliun atau 16,9 persen dari target dalam APBN 2017. Terdiri dari penerimaan perpajakan Rp237,7 triliun atau 15,9 persen. Kemudian, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp57,4 triliun atau 22,9 persen.
Adapun belanja negara sudah mencapai Rp400 triliun atau 19,2 persen dari target. Perinciannya, belanja kementerian dan lembaga Rp92,4 triliun atau 12,1 persen. Lalu, belanja nonkementerian dan lembaga Rp 112 triliun. "Transfer ke daerah sebesar Rp105, 2 triliun," sebut Menkeu.
Sri Mulyani menambahkan, sepanjang kuartal pertama tahun ini, inflasi bercokol di level 3,6 persen. Angka ttu masih di bawah target pemerintah 4 persen tahun ini. Kemudian, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan 5,2 persen. Sedikit di bawah asumsi pemerintah 5,3 persen.
Adapun nilai tukar Rp 13.348 per dolar AS. Lebih tinggi ketimbang asumsi Rp 13.300 per USD. Harga minyak US$51 per barel, lebih tinggi ketimbang asumsi US$45 per barel.
Lalu, lifting minyak dan gas masing-masing 815 ribu barel dan 1.181 barel setara minyak per hari.
© Copyright 2024, All Rights Reserved