Pemerintah China memutuskan untuk menunda pembelian 10 unit pesawat baru Airbus seri A330 buatan Eropa. Sikap China itu merupakan balasan dari kebijakan baru Uni Eropa tentang pembatasan dan pungutan pajak emisi karbon. Reaksi balasan ini menambah ketegangan antara China dengan Uni Eropa.
Seperti dilansir Reuters, pada Kamis (16/03), langkah China menangguhkan pembelian 10 pesawat A330 itu muncul setelah skema perdagangan emisi diterapkan Uni Eropa awal tahun ini. Skema itu tak hanya diprotes China, tetapi juga sejumlah negara lain, termasuk India, dan AS.
Dalam skema perdagangan emisi Uni Eropa tersebut, maskapai yang beroperasi di wilayah udara Uni Eropa diharuskan mengikuti standar emisi itu, bila tidak akan dikenakan denda 100 euro bagi setiap ton emisi gas CO2 dari pesawatnya yang melebihi batas. Atau hukuman terberatnya adalah dilarang beroperasi di Eropa.
Aturan itu sudah diberlakukan sejak 1 Januari 2012 bagi semua pesawat komersial yang menggunakan bandara di negara anggota Uni Eropa.
Sejumlah maskapai internasional dari negara-negara non-UE, yang turut beroperasi di Eropa, mengingatkan bahwa kebijakan baru itu bisa menambah beban bagi konsumen dan pada akhirnya mengganggu industri jasa penerbangan internasional.
China dalam beberapa pekan terakhir bereaksi keras atas kebijakan baru Uni Eropa tersebut. Beijing sudah meminta maskapai China untuk tidak mematuhi peraturan pembatasan karbon.
Awal pekan ini, Airbus sudah mengungkapkan bahwa China memblokir pembelian 35 unit A330 dan 10 pesawat A380 Superjumbo dengan total kontrak US$12 miliar. Airbus tidak menyebut maskapai mana yang menangguhkan pembelian tersebut. Namun, sumber-sumber industri mengungkapkan bahwa Airbus sudah menyiapkan A380 untuk armada Hong Kong Airlines. Sebanyak 46 persen saham maskapai itu dimiliki HNA Group, yang merupakan perusahaan induk Hainan Airlines asal China.
Kebijakan China ini mengundang keresahan di kalangan Airbus.“Pemblokiran atas penjualan pesawat bisa menghancurkan upaya penjualan selama bertahun-tahun dan butuh beberapa tahun pula untuk memulihkannya," ujar Rainer Ohler, Kepala Divisi Hubungan Massa dan Komunikasi Airbus.
© Copyright 2024, All Rights Reserved