Meski kondisi perekonomian global masih dipenuhi ketidakpastian karena krisis di kawasan Eropa, masih ada ruang untuk pertumbuhan kredit perbankan Indonesia pada 2012. Pasalnya, rasio penurunan kredit tahun 2011 yang berkisar 20 persen, masih relatif kecil dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB).
Soal itu dikemukakan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A Sarwono usai membuka seminar internasional tahunan BI di Nusa Dua, Jumat (09/12). “Kita tidak perlu khawatir karena rasio penurunan kredit pada 2011 yang sebesar 20-an persen dibandingkan dengan PDB masih kecil.”
Hartadi berharap, perbankan Indonesia tidak ragu untuk merencanakan pertumbuhan kredit. Pasalnya, perekonomian nasional membutuhkan banyak biaya. Salah satunya adalah program Master Plan Percepatan Pembangunan Perekonomian Indonesia (MP3EI) yang membutuhkan pembiayaan sangat besar.
Hartadi memprediksi, pertumbuhan kredit pada 2012 tidak akan jauh berbeda dengan angka pertumbuhan tahun lalu. Pada 2011 kredit tumbuh sebesar 26-27 persen. Kuatnya pertumbuhan didukung rasio kecukupan modal (CAR) perbankan nasional rata-rata sebesar 17 persen/ Angka itu, lebih tinggi dari yang dipersyaratkan BI yakni 8 persen. Sementara NPL masih di bawah 5 persen dari yang dipersyaratkan 5 persen. "Industri perbankan kita kuat," kata Hartadi seraya mengingatkan, yang perlu dijaga dan ditingkatkan oleh pelaku perbankan adalah kepercayaan pelaku pasar dan investor.
Menurut Hartadi, sumber pertumbuhan ekonomi pada 2012 masih tetap sama dengan 2011 antara lain konsumsi, investasi dan ekspor. Untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011 diperkirakan 6,5 persen, sementara inflasi diperkirakan di bawah 4 persen year on year.
© Copyright 2024, All Rights Reserved