Wilayah Eropa mengalami musim panas yang ekstrem tahun ini. Gelombang panas menyebabkan kebakaran hutan yang luas di Portugal. Sementara di Inggris, peningkatan suhu 10 kali lebih panas yang dipicu oleh pemanasan global.
Demikian disampaikan World Weather Attribution (WWA), gabungan ilmuwan seluruh dunia dalam menganalisis fenomena tersebut. Seperti dilansir The Guardian, Senin (03/07), WWA menyebut, sebagian besar Eropa Barat mulai mengalami musim panas sejak Juni. Musim panas ekstrem terjadi di Inggris, Prancis, Belgia, Belanda, dan Swiss yang secara signifikan dipicu pemanasan global.
Para ilmuwan memperingkatkan suhu ekstrem seperti ini akan semakin parah pada 2050, kecuali tindakan pengurangan emisi karbon dilakukan dengan sungguh-sungguh. WWA menggabungan catatan suhu dan pengamatan terbaru menggunakan model komputer canggih. Mereka menghitung berapa kenaikan suhu global akibat efek rumah kaca.
Peneliti menemukan penyebab gelombang panas yang melanda Portugal dan Spanyol, 10 kali lebih mungkin disebabkan pemanasan global. Sebanyak 64 orang meninggal dunia akibat kebakaran hutan yang meluas, sementara 1.500 orang terpaksa dievakuasi di Spanyol.
Panas ekstrem empat kali lebih mungkin terjadi di Inggris karena pemanasan global. Inggris mengalami puncak panas ekstrem tahun ini. Mengulang hal serupa yang pernah terjadi pada 1976. Hal sama juga dirasakan di Prancis, Belanda, dan Swiss.
"Kami menemukan hubungan kuat antara catatan panas ekstrem Juni tahun ini dengan perubahan iklim yang disebabkan manusia," kata peneliti WWA dari Royal Netherlands Meteorological Institute, Geert Jan van Oldenborgh.
Gelombang panas ekstrem ini mengancam anak-anak dan lansia. Peneliti WWA dari Oxford University, Friederike Otto menambahkan gelombang panas di Eropa semakin sering terjadi dan frekuensinya 10 kali lebih sering di Eropa bagian selatan.
"Ilmuwan dan ahli kesehatan masyarakat perlu menyusun rencana tindakan mengantisipasi hal ini, khususnya tindakan penyelamatan," kata Otto.
© Copyright 2024, All Rights Reserved