Kejatuhan pasar saham Tiongkok cukup berdampak terhadap ekonomi Indonesia. Agar ekonomi Indonesia tidak ikut jatuh, perlu menjaga ekonomi dalam negeri, memperkuat ekonomi nasional agar perusahaan-perusahaan dalam negeri berjalan dengan baik.
Demikian disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla menanggapi ambruknya pasar saham Tiongkok dalam 2 pekan terakhir dan menyebabkan, ratusan perusahaan memutuskan untuk menghentikan perdagangan sahamnya.
“Ya dampaknya pasti ada, tapi hari ini sudah lumayan naik lagi 5 persen," kata Wapres di Jakarta, Kamis (09/07).
Wapres mengatakan, agar pasar saham Indonesia tak ikut jatuh, pemerintah terus memperkuat ekonomi nasional. “Ya menjaga saja, karena imbasnya tentu ada, pengaruhnya itu ialah perusahaan-perusahaan Tiongkok itu ekspansinya pasti menurun," tambah Wapres.
JK mengatakan, posisi utang luar negeri Indonesia masih dalam taraf aman meskipun lebih banyak membayar utang dari pada membuat utang baru. “Utang kita baru 26-27 persen dari GDP, Yunani itu 160 persen jadi begitu keliru ya sudah, tidak bisa bayar," katanya.
Harga-harga saham di Tiongkok terus anjlok pada Rabu (08/07) lalu. Indeks Shanghai Composite turun hampir 7 persen dan indeks Shenzhen Composite turun 4 persen. Ini merupakan lanjutan penurunan yang telah melenyapkan 30 persen nilai pasar sejak pertengahan Juni lalu.
Untuk melindungi diri dari penjualan besar-besaran, ratusan perusahaan Tiongkok telah mengajukan penghentian jual beli sahamnya. Secara keseluruhan, lebih dari 1.300 perusahaan di Tiongkok daratan, atau sedikitnya 40 persen dari pasar, telah menghentikan jual beli saham.
Pemerintah Tiongkok tengah berupaya sebisa mungkin untuk menyelamatkan pasar modalnya. Bank Rakyat China telah memangkas suku bunga ke rekor terendah, broker telah berkomitmen untuk membeli miliaran nilai saham, dan regulator menghentikan sementara penawaran saham perdana (IPO).
Pada Rabu (08/07), China Securities Finance Corporation (CSFC) menyatakan akan mengucurkan pinjaman US$42 miliar atau 260 miliar yuan kepada 21 perusahaan pialang untuk membeli saham-saham blue chip.
Anggaran itu di luar komitmen sekuritas setempat yang berjanji menggelontorkan dana US$20 miliar untuk membeli selama saham hingga akhir pekan.
Selain itu, pemegang saham pengendali dan anggota dewan dilarang mengurangi kepemilikan saham melalui pasar sekunder selama 6 bulan. Otoritas bursa Tiongkok berjanji akan menindak serius jika ada yang melanggar aturan itu.
© Copyright 2024, All Rights Reserved