Kementerian Pertanian (Kementan) bekerjasama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dalam meningkatkan keakuratan data pertanian. Kerjasama tersebut ditandatangani dalam nota kesepahaman (MoU) tentang pengembangan dan pemanfaatan teknologi data dan informasi penginderaan jauh satelit untuk mendukung pembangunan pertanian di Kantor Kementan, Jakarta, Kamis (16/06).
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementan Hari Priyono mengatakan, kerjasama ini sangat penting karena selama ini pihaknya sering mengalami dilema mengenai data. Seperti diketahui, data selalu menjadi landasan penetapan kebijakan penting di bidang pangan dan pertanian pada umumnya.
"Data kami selalu diragukan. Kalau produksi kami cukup, selalu diragukan. Kalau kurang, tidak ada komentar. Apalagi kalau sudah soal impor," katanya kepada politikindonesia.com, usai melakukan MoU di Kantor Kementan, Jakarta, Kamis (16/06).
Menurutnya, kerjasama ini bukan untuk menghasilkan data panduan, tetapi untuk dijadikan sebagai data pendukung yang digunakan secara real time utuk mengetahui di mana yang sudah tanam, panen dan yang akan panen. Data tersebut memiliki keakurat data sekitar 88 persen. Sehingga siapapun yang membutuhkan terkait informasi data bisa memanfaatkannya.
"Walaupun sifatnya ujicoba, tapi sudah kami masukan ke website, jadi siapapun yang butuh itu bisa melihat dan memanfaatkannya. Karena data ini kami meyakini indeks pertanaman saat ini yang baru 1,6 akan dapat di kejar setidaknya menjadi 2. Sehingga melalui pemetaan ini kami bisa mengetahui lahan mana yang terlambat panen dan mana yang musim tanam," paparnya.
Dijelaskan, data Lapan digunakan untuk mendukung perbaikan data pangan berupa citra satelit, yaitu Citralkonos, GeoEye, QuickBird, WorldView-1, WorldView-2 dan Pleides digunakan untuk pemetaan lahan pertanian sawah, perkebunan, hortikultura, maupun pemetaan infrastruktur jaringan irigasi dan jalan usaha tani.
"Untuk memantau penanaman padi mulai dari fase penggenangan, fase tanam, vegetatif-1, vegetatif-2, vegetatif maksimum, generatif-1, generatif-2, hingga panen dan bera, dipantau menggunakan citra landsat-8," ungkapnya.
Dia menegaskan, hasil dari citra satelit ini sangat bermanfaat digunakan sebagai sarana early warning system dan bahan pengambilan kebijakan pangan. Selain itu, untuk perancangan teknis di lapangan diantaranya program percepatan tanam, estimasi kebutuhan benih, pupuk, pasca panen dan juga estimasistok. Selain itu, hasil pengolahan data citra satelit ini tentunya dilakukan ground-chek di beberapa lokasi untuk mengevaluasi validitas dan kemantapan sistemnya.
"Apabila sudah teruji handal terhadap formula citra satelit ini, maka diharapkan dapat dijadikan sebagai pengganti metode pengukuran luas tanam, panen dan produktivitas yang dilakukan konvensional. Karena dengan data itu, kita bisa tahu wilayah yang lagi panen raya, jalur distribusi pangannya bagaimana, di mana ada lahan kosong," paparnya.
Meski begitu, Hari mengingatkan bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) tetap menjadi data acuan untuk mengembangkan metodologinya. Sedangkan data yang dibuat oleh Lapan digunakan sebagai penunjang data operasional yang relatif tidak ada perbedaan. Diharapkan, dengan developing metodologi dengan BPS, data menjadi relatif tidak ada perubahan struktur.
"Nantinya, data dari Lapan ini hanya sebagai data pendukung yang bisa menjadi data dukungan bagi BPS. Sehingga manajemen produksi dan tanam akan jauh lebih baik. Karena data tersebut akan digunakan untuk operasional dan jika bisa dikerjasamakan dengan BPS, bisa saja data ini menjadi data BPS dan yang mengeluarkan BPS, bukan Kementan atau Lapan," imbuhnya.
Sementara itu, Sekretaris Utama Lapan, Ignatius Loyola Arisdiyo menambahkan, pemanfaatan citra satelit ini memiliki cakupan yang lebih luas sehigga akurasi datanya mencapai 88 persen. Sehingga bisa mengetahui kapan waktu panen, tingkat produktivitas suatu tanaman, mencitrakan luas lahan baku, dan lahan tanam.
"Untuk mengembangkan data ini, kami sebelumnya telah bekerjasama dengan Kementan sebanyak empat kali, dan kali ini merupakan yang kelima. Untuk itu, kami berharap kerjasama ini dapat memacu dan meningkatkan pelayanan publik Kementan," ucapnya.
Adapun kelebihan pemantauan pertanaman padi melalui citra satelit, katanya, yakni citra satelit tidak menipu, akurasi lebih tinggi, mampu meminimalisir personal error, dan dijamin terbebas dari intervensi berbagai kepentingan. Karena citra satelit, data disajikan secara transparan dan fair dapat divalidasi oleh para pihak.
"Kami pun berharap hasil citra satelit ini dapat digunakan sebagai second-opinion terhadap keraguan data pangan yang saat ini banyak diperdebatkan. Sehingga datanya bisa digunakan untuk meningkatkan hasil komoditas pertanian kita," tutupnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved