Dari versi OECD Better Life Index, Belanda mendapatkan angka cukup tinggi di atas rata-rata dalam hal pendidikan. Tak heran, banyak pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan sekolah ke Belanda setelah lulus sekolah menengah atas (SMA) atau strata satu (S-1). Mereka berlomba- untuk diterima di salah satu dari 2.100 program internasional dari 29 institusi perguruan tinggi di Belanda melalui jalur beasiswa.
Coordinator Education Promotion Nuffic Neso Indonesia, Indy Dienasari, mengatakan, untuk memfasilitasi hal tersebut pihaknya mengajak pelajar Indonesia untuk memilih perguruan tinggi yang tepat melalui pameran pendidikan tinggi, Dutch Placement Days (DPD) yang diadakan di Erasmus Huis, Jakarta, sejak Sabtu (04/11) dan Minggu (05/11). Dalam kegiatan tersebut pelajar Indonesia yang tertarik untuk studi di Belanda dapat bertatap muka dengan perwakilan universitas Belanda.
"Setelah para calon mahasiswa memantapkan niat dan tekad, mereka bisa menggali informasi sebanyak-banyaknya seputar perkuliahan dan kehidupan di Belanda pada acara DPD. Selain itu juga, mencoba IELTS Prediction Test, serta mengikuti seminar menulis Motivation Statement," katanya kepada politikindonesia.com disela-sela tersebut di Jakarta, Minggu (05/11).
Dia menjelaskan, selain di Jakarta, kegiatan DPD ini juga sudah digelar di Yogyakarta dan Surabaya. Pada Selasa (07/11) akan digelar di Palembang. Pada acara tersebut, para pengunjung dapat bertatap muka langsung dengan perwakilan universitas di Belanda, tentu dengan perjanjian terlebih dahulu. Sehingga para calon mahasiswa bisa berkonsultasi langsung secara mendalam dengan pihak universitas.
"Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipunggut biaya. Bagi mereka yang ingin sekali melanjutkan studi S1, S2 atau S3 ke Belanda bisa datang langsung dengan membawa berkas-berkas yang diperlukan. Diantaranya, ijazah atau transkip nilai. Tak dapat dimungkiri, kepintaran menjadi langkah awal menuju Belanda. Namun, kemampuan akademik bukanlah satu-satunya aspek yang menjadi penentu keberhasilan kulian di sana," tegasnya.
Diakuinya, hal yang paling sulit dilakukan pelajar Indonesia saat berkuliah di Belanda adalah mengubah perilaku belajar. Metode pembelajaran di Indonesia dan Belanda memang sedikit berbeda. Sistem pengajaran di Belanda bersifat interaktif dan berpusat pada peserta didik. Mahasiswa harus mampu mengutarakan pendapat dan tak perlu ragu untuk berpikiran terbuka. Mereka juga akan dibimbing untuk dapat mengembangkan keterampilan yang sangat berharga, seperti menganalisis, memecahkan masalah praktis, dan berpikir kreatif.
"Jadi perkuliahan di sana mengedepankan relevansi antara ilmu pengetahuan dan aplikasinya di dunia kerja. Mahasiswa akan sering diberikan kasus-kasus nyata oleh dosen di kelas. Bagi pelajar Indonesia, tentunya tidak mudah untuk mengubah kebiasaan belajar ini. Terlebih di sana pelajar Indonesia akan menuntut ilmu bersama sekitar 112.000 mahasiswa internasional lainnya yang berasal dari berbagai belahan dunia," ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Nuffic Neso Indonesia, Peter van Tuijl menambahkan sekolah di luar negeri, khususnya Belanda merupakan prospek menarik yang dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan dan karir. Namun, sekolah di luar negeri juga memerlukan investasi yang signifikan dalam hal waktu dan sumber daya.
"Ketekunan mengubah perilaku belajar, kemampuan menghadapi perubahan budaya serta kegigihan beradaptasi dengan iklim yang berbeda, akan semakin mantap jika pelajar Indonesia memiliki ketahanan mental yang tangguh. Sehingga mereka perlu menata kembali niat sebelum berangkat studi dan melangkah ke episode hidup baru yang sangat berbeda," ulanya.
Menurutnya, para pelajar tidak akan menyesal saat memilih Belanda sebagian tujuan studi. Karena pendidikan tinggi di Belanda memiliki kualitas bagus dan mempertahankan reputasi internasional. Ranking 4 untuk jumlah universitas terbanyak dalam 200 besar ranking dunia, merupakan pencapaian yang besar bagi sebuah negara kecil seperti Belanda. Bahkan untuk para pelajar Indonesia akan banyak diuntungkan karena adanya kedekatan historis antara Indonesia Belanda.
"Jadi tak perlu mempersiapkan belajar Bahasa Belanda secara khusus untuk studi di Belanda. Karena pengajaran sepenuhnya dilaksanakan dalam bahasa Inggris dan hampir 90 persen masyarakat Belanda pun mampu berbahasa Inggris. Sehingga para pelajar tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. Antusias pelajar Indonesia untuk melanjutkan sekolah di luar negeri khususnya di Eropa dapat terlihat dari banyaknya pengunjung yang memadati acara tersebut," tutupnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved