Setelah 8 tahun berjuang bangkit dari resesi, Amerika Serikat mulai menjajaki pelonggaran kebijakan moneternya. Bank sentral AS, The Federal Reserve telah memulai rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 15 Desember.
Dijadwalkan pada 16 Desember 2015 pukul 14.00 waktu setempat atau Kamis (17/12) pagi pukul 02.00 WIB, Gubernur The Fed Janet Louise Yellen akan mengumumkan besaran suku bunga acuan baru.
Analisa pelaku pasar memprediksi, The Fed berpeluang menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Sehingga suku bunga The Fed naik menjadi 0,25 sampai 0,50 persen dari posisi sebelumnya 0-0,25 persen. Jika itu dilakukan, ini adalah yang pertama kalinya, The Fed menaikkan suku bunga sejak AS dilanda krisis, 8 tahun lalu.
Mantan Kepala Ekonom Bank Dunia Larry Summers menyatakan, pasar bakal merespons positif jika The Fed jadi menaikkan suku bunganya. Ia meyakini indeks saham di AS akan naik sekitar 1 persen dan obligasi juga akan terkerek naik.
"Mengingat kekuatan sinyal yang dikirim (oleh the Fed), tentu akan menghancurkan kredibilitas mereka jika hal ini batal dilaksanakan," ujar Summers seperti dikutip dari Reuters, Rabu (16/12).
Keputusan untuk menaikkan suku bunga menurut Summers akan memisahkan the Fed dari bank sentral utama di Tokyo, Frankfurt, Beijing dan bank sentral negara lain yang juga tengah berjuang untuk merangsang ekonomi dan menghasilkan pertumbuhan bagi negaranya.
Josh Bivens, Direktur Riset Institut Kebijakan Ekonomi Amerika menilai The Fed bisa dibilang sukses dalam membuat kebijakan apabila kenaikan suku bunga diikuti dengan pertumbuhan ekonomi Amerika, menurunnya tingkat pengangguran, dan pertumbuhan inflasi.
"Tidak ada alasan untuk berpikir bahwa laju pertumbuhan ekonomi saat ini berlebihan dan perlu diperlambat karena inflasi baru saja terjadi," kata Bivens.
© Copyright 2024, All Rights Reserved