Deepfake berbasis suara akan menjadi ancaman siber yang signifikan pada tahun ini. Deepfake suara lebih berbahaya dibandingkan dengan video karena lebih mudah dilakukan oleh peretas.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Steven Scheurmann, Regional Vice President Palo Alto Networks ASEAN.
"Mengapa kami memprediksi deepfake suara lebih menonjol dibandingkan video? Anda harus memahami peretas, pola pikir mereka seperti apa. Mereka mau menggunakan yang paling mudah untuk berkompromi, itu salah satu target. Jadi, deepfake suara adalah yang paling mudah," kata Steven, dikutip Selasa (15/1/2025).
Menurut Steven, dengan kemajuan teknologi AI generatif, manipulasi suara menjadi lebih mudah, terutama jika suara seseorang sering terdengar di publik. Data suara itu ada dapat digunakan untuk menciptakan deepfake yang sangat realistis, sehingga sulit bagi target korban untuk membedakan yang asli dan palsu.
Deepfake adalah konten digital seperti foto, video, atau audio yang dimanipulasi dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Deepfake suara menjadi pilihan yang lebih mudah bagi peretas karena lebih mudah dibuat, dikirim, dan memberikan hasil yang diinginkan, seperti keuntungan finansial melalui penipuan atau serangan ransomware.
“Saat ini, hal yang paling mudah dilakukan adalah deepfake suara. Peretas dapat dengan mudah menghasilkan uang atau membuat serangan ransomware,” ujar Steven menjelaskan.
Technical Solutions Manager Palo Alto Networks IndonesiaArthur Siahaan, juga menambahkan bahwa perkembangan AI generatif tidak hanya meningkatkan kemampuan manipulasi suara tetapi juga membantu peretas dalam membuat email atau pesan yang terlihat sangat meyakinkan.
Email phishing atau deepfake suara yang menyerupai pimpinan atau rekan kerja akan semakin sulit dikenali oleh target.
Deepfake suara dan email phishing yang canggih dapat dengan mudah menipu pengguna, terutama yang tidak memiliki pengetahuan teknis.
“Ini akan sangat sulit bagi pengguna biasa untuk membedakan antara email atau suara yang asli dan palsu,” kata Arthur, yang memprediksi ancaman ini akan semakin populer pada tahun 2025.
Untuk menghadapi ancaman ini, Arthur menekankan pentingnya pendekatan keamanan siber yang lebih menyeluruh. Keamanan tidak hanya bergantung pada firewall, tetapi memerlukan platform keamanan terpadu yang dapat mendeteksi ancaman dengan lebih cepat dan efektif.
“Kita harus memiliki satu platform untuk mendeteksi ancaman secara lebih cepat dan lebih akurat,” ujarnya.
Arthur menekankan, selain pendekatan teknis, edukasi pengguna juga menjadi hal yang sangat penting untuk mencegah serangan berbasis deepfake. Menyadarkan pengguna tentang potensi ancaman dan cara mengidentifikasi tanda-tanda penipuan dapat mengurangi risiko serangan yang lebih besar.
Menurut Arthur, dengan ancaman yang semakin berkembang, kolaborasi antara perusahaan, pihak berwenang, dan pengguna menjadi kunci dalam menghadapi kejahatan siber yang semakin kompleks.
Edukasi dan teknologi yang lebih maju akan menjadi senjata utama untuk memerangi ancaman deepfake suara di masa depan. []
© Copyright 2025, All Rights Reserved