Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ray Rangkuti, mengatakan, pengakuan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono terkait adanya ratusan kasus pagar laut seperti di Tangerang, Banten, menunjukkan bahwa pengawasan publik terhadap pemerintah lemah.
"Sebab, dengan adanya 169 kasus pagar laut di berbagai daerah tersebut semakin menunjukan bahwa praktik culas tersebut telah terjadi sejak era Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi)," kata Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Indonesia, Ray Rangkuti, Sabtu (25/1/2025).
Menurut Ray, praktik culas itu kemudian muncul menjadi polemik dan diselesaikan dengan ketegasan di awal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, dengan langsung memerintahkan TNI AL membongkar pagar laut di Tangerang.
“Sepertinya ada efek pengawasan yang luput dari glorifikasi tingkat kepuasan yang mencapai 70%, atau 80% di era Pak Jokowi. Akibatnya, banyak hal dalam tata kelola pemerintahan tidak dilakukan semestinya," kata Ray.
Ray menyebut contoh banyak kasus yang berhubungan dengan pemberian HGB, seperti yang terjadi di Laut Tangerang dan lainnya.
Menurut Ray, klaim atas tingginya tingkat kepuasan sebagaimana dikampanyekan lembaga survei terhadap Jokowi kala itu, justru membuat publik luput untuk mengawasi tata kelola pemerintahan.
“Begitu pemerintahan berganti berbagai macam pengelolaan pemerintahan yang tidak tepat itu satu per satu mulai bermunculan dan ini tentu saja sangat merepotkan,” kata Ray.
Tak hanya soal pagar laut, Ray juga menyoroti lambannya reformasi birokrasi khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan pertanahan di Indonesia saat era Jokowi.
Aktivis 98 ini mengungkapkan fakta di lapangan selain tingkat korupsi yang makin meningkat, ternyata tata kelola pemerintahannya juga penuh dengan ketertutupan akibatnya banyak pungutan liar (pungli), banyak surat-surat palsu dan sebagainya beredar di tengah masyarakat.
Ray menyarankan Presiden Prabowo untuk melakukan pembenahan atas situasi yang terjadi di berbagai sektor.
“Prabowo harus merevisi dan mengubah semua hal ini. Jika tidak, jangan bermimpi, kita akan sampai ke indonesia emas 2030,” pungkas Ray Rangkuti. []
© Copyright 2025, All Rights Reserved