Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (31/03). Kedua pihak membicarakan banyak hal, mulai dari pertemuan pemimpin-pemimpin Islam seluruh dunia hingga kondisi umat Islam di Indonesia.
Rais Aam NU Ulama Maruf Amin mengatakan, pertama, PBNU melaporkan acara International Summit of the Moslem Moderate Leader yang digelar di Kemayoran, Jakarta, 9 Mei 2016 mendatang. Acara itu dihadiri pemimpin-pemimpin Islam setidaknya dari 60 negara.
Maruf menjelaskan, acara itu untuk menyamakan persepsi soal radikalisme dan terorisme. Sebab, ada peristiwa bom Brussel, Angkara, Lahore dan berbagai kekerasan yang lain.
“Oleh karena pemimpin-pemimpin Islam harus bersatu maka kami mengadakan pertemuan dan mengundang mereka untuk mendiskusikan," kata Maruf usai pertemuan dengan Presiden Jokowi.
Ketua PBNU Said Aqil Siraj mengatakan, selain melaporkan pertemuan itu, pihaknya juga membicarakan dukungan NU kepada pemerintah. Khususnya dalam hal menciptakan kestabilan keamanan dari gangguan teror.
Menurut Said, umat NU memegang prinsip Islam Nusantara yang toleran dan moderat sehingga mampu menciptakan kondisi keamanan yang stabil dan damai.
"Presiden menekankan, pemerintah percaya kepada NU dari pimpinan pusat sampai ke ranting dan dusun, semua antiradikalisme, antiteror. Semuanya memegang prinsip Islam toleran dan moderat. Saya jawab terima kasih, Pak. Saya jamin tidak ada santri NU dan pelajar NU yang terprovokasi atau simpati pada gerakan teror," kata Said.
Said mengatakan, pihaknya juga melaporkan Ekspedisi Islam Nusantara yang hari ini dibuka Panglima TNI di salah satu pesantren di Cirebon. Tim ekspedisi itu akan pergi ke 40 kota. Mereka akan menyosialisasikan Islam Nusantara kepada masyarakat.
Selain Maruf dan Said, pertemuan itu turut dihadiri oleh pengurus NU lain, antara lain Sekjen PBNU Helmy Faisal Zaini dan pimpinan organisasi Fatayat NU Anggia R Marini dan Ketua Umum Gerakan Pemuda Anshor Yaqut Cholil Qoumas.
© Copyright 2024, All Rights Reserved