Kabupaten Pekalongan termasuk salah satu daerah di Jawa Tengah yang telah mampu swasembada beras. Tak hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayahnya yang mencapai 60 ribu ton per tahun, Pekalongan juga mengalami surplus hingga 60 ribu ton per tahun yang didistibusikan ke daerah lain.
Kepala Dinas Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pekalongan, Siswanto mengatakan pihaknya akan terus mendorong para petani dalam upaya pencapaian produksi beras di daerah itu. Karena dalam mewujudkan swasembada pangan memang dibutuhkan peran aktif dan kerjasama semua pihak, seperti Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan petani.
“Untuk tetap menjaga stabilitas swasembada beras, kami juga akan terus mendorong petugas penyuluh pertanian untuk terus menerus melakukan peningkatan intensifikasi panen padi dan meningkatkan dukungan kepada petani dalam upaya membantu pencapaian swasembada pangan. Sehingga bidang pertanian kita semakin maju dan menjadi lumbung nasional,” katanya kepada politikindonesia.com disela-sela panen padi di Desa Tanjungsari Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (20/12).
Panen juga dihadiri PJ UPSUS Pajale Kabupaten Batang dan Kota dan Kabupaten Pekalongan Prihasto Setyanto, Dandim Pekalongan 0710 Muhammad Rida, pejabat setempat dan petani.
Untuk panen kali ini, lanjutnya, luas lahan yang mengalami panen pada bulan Desember ini mencapai 1.449 ha, dari total luas lahan 22.000 ha di Kabupaten Pekalongan. Sedangkan, total luas panen selama setahun di wilayah itu mencapai 42.000 ha untuk tahun ini. Adapun varientas padi yang dipanen adalah Ciherang, Inpari 32, Mekongga, Situ Bagendit dan IR64.
“Karena UPSUS, kami berupaya memanfaatkan sumber daya yang ada. Oleh sebab itu, setiap ada air maka kami melakukan tanam. Kami pun optimis target produksi bisa tercapai, yaitu 222.156 ton GKG atau sekitar 53 persen yang menjadi beras. Sedangkan, produksi November mencapai 219.078 ton atau 98,6 persen dari target yang ditetapkan,” tuturnya.
Dia mengaku, walaupun wilayahnya mengalami surplus, namun ada beberapa kendala yang kini sedang dihadapi, seperti beralihnya fungsi lahan pertanian pada tahun ini mencapai sekitar 514 hektar (ha) di bagian utara Kabupaten Pekalongan. Hal itu terjadi karena lahan pertanian tak lagi bisa ditanami padi akibat rob. Sehingga air laut memasuki hamparab sawah dan sawah beralih fungsi menjadi tambak. Kejadian itu, tepatnya terjadi di 8 desa yang berada di 3 kecamatan. Yaitu Kecamatan Tirto, Wonokerto dan Siwalan.
“Namun, kami harus tetap bersyukur masih mengalami surplus beras. Oleh sebab itu, kami berharap bisa terus ditingkatkan produksi seiring dengan arah kebijakan Presidsen Joko Widodo yang menginginkan pada tahun ini swassembada pangan. Karena pencapaian swasembada pangan ini bisa terwujud, jika ada pengelolaan yang baik dan perlunya inovasi untuk penggunaan teknologi tepat guna agar hasil panen cukup bagus baik secara kualitas maupun kuantitasnya,” tandasnya.
Dijelaskan, kendala lain untuk mencapai surplus beras, di antaranya masalah air. Apalagi, perbaikan saluran air untuk mempercepat panen sempat menjadi kendala. Terhambatnya saluran untuk pengairan sawah karena jaringan irigasi terputus oleh pembangunan jalan tol. Sedangkan, masalah hama tidak terlalu banyak dan masih bisa ditanggulangi.
“Kalau tidak ada upsus, kendala tersebut tidak begitu diperhatikan. Tapi karena kami mengejar upsus, kami pun menyurati instansi terkait pembangunan tol. Selain itu, Pemerintah Provinsi juga sudah memberikan anggaran untuk membuat saluran air pada tahun depan. Tak hanya itu, Pemerintah Daereh juga akan membuat bendungan sepanjang 6 km berbentuk tanggul raksasa senilai Ro496 miliar untuk mengairi sawah yang terkena air laut. Karena untuk mencetak sawah baru di pulau Jawa sangat sulit. Sehingga kami memanfaatkan lahan yang sudah ada,” tutupnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved