Kementerian Pertanian (Kementan) tahun ini akan membuka lahan seluas 250 ribu hektare (ha) di Merauke. Lahan tersebut dipersiapkan untuk dijadikan kawasan pangan terpadu atau Food Estate. Sehingga lahan itu mampu mengoptimalkan dan penyediakan pangan nasional.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementan Haryono mengatakan wilayah Merauke memiliki potensi lahan seluas 1,2 juta hektar yang bisa ditanami tanaman pangan, seperti padi. Jenis lahan yang tersedia berupa rawa yang diyakini sebagai lahan sub optimal. Maka dengan teknologi dan mekanisasi pertanian, lahan tersebut bisa menjadi optimal sehingga mampu memasok beras nasional sebanyak 1,5 juta ton per tahun.
"Sejak tanggal 8 Mei kami sudah melakukan pemantauan dan koordinasi. Situasinya, ada potensi 1,2 Juta hektare di Merauke yang flat berbasis lahan pasang surut, dengan kondisi air bagus sehingga lahan tersebut bisa dioptimalkan. Untuk tahun ini akan digarap seluas 250ribu ha dulu," katanya di Kantor Balitbang Kementan, Jakarta, Jumat (13/05).
Menurutnya, dari total potensi lahan tersebut, pihaknya menargetkan seluas 1 juta ha lahan dapat tergarap selama 3 tahun ke depan. Tahun ini, setidaknya pihaknya bisa menggarap lahan seluas 250 ribu ha lahan terlebih dahulu. Sisanya sebanyak 750 ribu ha akan digarap oleh pihak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta.
"Dengan adanya food estate diharapkan bisa berkontribusi pada pencapaian swasembada pangan. Paling tidak, setiap tahun produksi beras bisa bertambah hingga 1,5 juta ton dalam sekali panen, dan akan menjadi dua kali lipatnya dalam setahun jika penen dua kali," ungkapnya.
Dijelaskan perihal pembibitan, pihaknya sudah menyiapkan bibit unggul yang sesuai dengan kondisi tanah di Merauke, antara lain Inpara 30, Inpara 12 dan Inpara 35. Ada bibit varietas Banyuasin, Indragiri dan Inpara 34 yang sesuai untuk lahan yang kadar asinnya tinggi di wilayah Merauke.
"Di Merauke ada 160 kampung, penduduk lokal mendiami sekitar 100 kampung, mereka itu sudah mengetahui cara bercocok tanam padi dan sudah bisa menggunakan alat pertanian berbasis teknologi modern. Oleh karena itu, kami optimis bisa mengembangkan ekonomi masyarakat disana selain mengoptimalkan lahan untuk pangan," paparnya.
Sementara itu, Dirjen Tanaman Pangan Kementan Hasil Sembiring menambahkan food estate di Merauke pernah direncanakan pada masa terdahulu. Namun, program ini tidak optimal karena masalah sinergitas di antara pihak terkait, termasuk pemerintah pusat dan daerah. Dipilihnya Merauke sebagai lokasi pembangunan food estate karena potensi lahannya yang sangat besar dan terhampar datar.
"Sejak zaman Belanda, Merauke sudah diproyeksikan untuk menjadi lumbung pangan, bukan hanya untuk Nusantara tapi juga untuk kawasan Pasifik. Untuk mengembangkan food estate di Merauke, lebih mudah dibanding dengan di Kalimantan karena jenis tanah di Merauke lebih sesuai dengan tanaman padi. Namun, jalan menuju keberhasilannya bukan tanpa kendala,"katanya.
Diakui, ketersediaan tenaga kerja untuk pertanian di Merauke memang sangat minim, karena itu masuknya alat-alat mesin pertanian berteknologi tinggi akan menjadi bagian dari fokus penting dalam menunjang keberhasilan proyek ini. Dengan mekanisasi pertanian, biaya produksi pangan di Merauke juga menjadi sangat murah. Untuk tahap awal, food estate di Merauke ini hanya ditarget panen 1 kali dalam setahun. "Misalnya, di lahan milik Arifin Panigoro, biaya produksi beras hanya Rp2.800/kg. Saya pun sudah melihat lahan milik Pak Arifin Panigoro. Lahannya memang luas. Lahan yang sudah ditanam hasilnya bagus, ada yang sampai 7 ton Gabag Kering Giling (GKG)/ha," tuturnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved