Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo mengimbau pemerintah agar menunda proyek Jembatan Selat Sunda (JSS). Karena selain biaya pembangunannya yang fantastis hingga Rp 225 triliun, aspek kerawanan bencana di sekitar Selat Sunda juga perlu dipertimbangkan. Di sisi lain, pembangunan JSS juga akan mematikan pelayaran nasional.
"Membangun jembatan itu kan butuh waktu 10 sampai 15 tahun. Tidak mungkin penumpang dan kendaraan yang lewat Selat Sunda harus menunggu 15 tahun untuk bisa mendapatkan pelayananan yang aman, lancar dan selamat," kata Sigit Sosiantomo, di Jakarta, Selasa (02/10).
Menurut Sigit, selama ini pemilik kapal enggan menambah kapal baru di penyeberangan terpadat di Indonesia itu karena khawatir tidak bisa menarik keuntungan mengingat pemerintah akan segera membangun JSS.
“Dampak lanjutannya yakni revitalisasi kapal jadi terhambat karena tidak ada investor yang mau berinvestasi. Sehingga pelayaran yang aman, selamat dan lancar pun terabaikan,” kata Sigit.
Sigit menegaskan, dibutuhkan solusi jangka pendek yaitu perbaikan infrastruktur pelabuhan Merak-Bakauheni dan modernisasi manajemen pelayaran serta modernisasi angkutan penyeberangan. Sebagai negara maritim, sistem transportasi laut Indonesia masih kacau dan hal ini terbukti dengan banyaknya jumlah kasus kecelakaan di laut.
Ada pun, Menurut Sigit, insiden tabrakan antara KM Bahuga Jaya dengan tanker NGC di Selat Sunda harus jadi momentum untuk perbaikan infrastruktur pelabuhan dan peremajaan armada kapal penyeberangan.
"Musibah tabrakan kapal Bahuga dengan tanker NGC di Selat Sunda kemarin memperlihatkan bahwa keselamatan, keamanan dan kelancaran penyeberangan di Merak-Bakauheni belum ditangani dengan baik," pungkas Sigit.
© Copyright 2024, All Rights Reserved