Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta memberikan peringatan. Masyarakat di sekitar sungai yang berhulu di lereng Gunung Merapi agar waspada. Pasalnya, potensi bahaya dari lahar dingin yang mengendap di seluruh sungai itu masih tetap tinggi. Kondisi ini akan berlangsung lama, bahkan hingga tahun depan.
Peringatan itu disampaikan oleh Kepala BPPTK Yogyakarta Subandrio kepada masyarakat melalui pers, di Yogyakarta, Selasa (04/01). “Material hasil erupsi Gunung Merapi yang kini telah mengendap di sungai-sungai berhulu di gunung tersebut tidak akan habis hanya dalam waktu satu kali musim hujan. Bisa dua hingga tiga kali musim hujan, baru habis," ujar dia.
Diterangkanya, jumlah material vulkanik yang mengendap di sungai itu hampir sama. Yakni berkisar antara 5 hingga 10 juta meter kubik. Dikatakannya, total material vulkanik yang dimuntahkan Merapi selama erupsi lalu, diperkirakan mencapai 140 juta meter kubik.
Subandrio menerangkan, untuk mengurangi risiko dampak banjir lahar dingin tersebut, pihaknya menempatkan alat pemantau lahar di sungai-sungai berhulu di Merapi. Sungai-sungai yang berada di sisi selatan Merapi sudah dilengkapi dengan alat pemantau tersebut.
Disisi selatan ini terpasang lima unit, sedangkan sembilan unit lain akan ditempatkan di sungai-sungai yang berada di sisi barat gunung tersebut. "Saat ini sedang dipasang alat pemantau lahar hujan di sisi barat Gunung Merapi, selain itu, akan ada kamera juga yang ditempatkan untuk memantau lahar hujan Merapi," ucap dia.
Subandrio menerangkan, pemasangan alat di sisi barat Merapi sedikit mengalami kendala, karena kesulitan dalam melakukan transmisi dan juga pendirian menara. "Tetapi, dalam waktu singkat diharapkan sudah selesai. Karena ini merupakan bagian dari sistem peringatan dini," katanya.
Dijelaskan Subandrio pula, peralatan tersebut dapat mendeteksi aliran lahar di hulu sungai sehingga masyarakat masih memiliki waktu sekitar 30 menit untuk menyingkir ke lokasi yang lebih aman. “Jika memang daerah yang ditinggali masyarakat tersebut sering terkena lahar hujan, maka sebaiknya daerah itu tidak ditempati terlebih dulu," saran dia.
Sejauh ini, sejumlah sungai kerap dialiri lahar hujan Merapi di antaranya adalah Sungai Putih, Pabelan, Senowo, Krasak, Boyong, Kuning dan Opak. Sungai Opak, adalah sungai yang selama ini dikenal sebagai sungai mati oleh masyarakat, namun pascaerupsi Merapi 2010, sungai tersebut menjadi aliran lahar hujan.
"Lahar hujan justru tidak terjadi secara signifikan di Sungai Gendol karena sungai tersebut sudah sangat dipenuhi endapan material Merapi. Material Merapi mencari tempat yang lebih rendah untuk mengalir, yaitu Sungai Opak," kata Subandrio.
Masyarakat, sambung Subandrio, diminta untuk tetap waspada khususnya mereka yang bertempat tinggal di sepanjang bantaran sungai berhulu di Merapi.
Sementara itu, Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY Toni Agus Wijaya mengatakan, potensi curah hujan tinggi masih akan terjadi sepanjang Januari. "Penurunan curah hujan diperkirakan mulai terjadi pada Maret dan pertengahan April sudah masuk ke musim kemarau," katanya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved