Kementerian Pertanian (Kementan) sudah menyusun dan menetapkan berbagai strategi untuk mengantisipasi dampak keragaman dan perubahan iklim. Salah satunya kekeringan pada tanaman padi dengan menyiapkan varientas unggul berdaya hasil tinggi dan toleran kekeringan yang dilengkapi berbagai karakteristik.
Varientas unggul tersebut berupa padi amfibi, yang mempunyai karakteristik, umur sangat genjah. Sehingga terhindar dari kondisi ancaman kekeringingan dan varietas unggul padi yang benar tahan atau adaptif terhadap kondisi kekeringan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pertanian Muhammad Syakir mengatakan fenomena kekeringan pada pertanaman padi dapat terjadi akibat intensitas curah hujan yang sangat rendah atau tidak merata. Hal itu terjadi akibat anomali iklim sebagai salah satu dampak perubahan iklim. Sementara itu, kekeringan pada fase pertumbuhan generatif padi pada umumnya berpotensi menurunkan hasil.
"Oleh karena itu, kami pun sudah menyiapkan varientas padi toleran kekeringan dan banjir (genangan). Varientas padi ampibi ini diciptakan melalui plasma nuftah dan galur-galur harapan hingga perakitan dan pengujian padi yang tahan terhadap kekeringan, banjir dan serangan hama," katanya kepada politikindonesia.com, di Kantor Balitbang Pertanian, Jakarta, Kamis (09/07).
Menurutnya, varietas padi amfibi ini terbagi dalam 12 macam varietas. Di antaranya Limboto, Batutegi, Towuti, Situ Patenggang, Situ Bagendit, Inpari 10 Laeya, Inpago 4 sampai Inpago 9. Ke-12 varietas unggul amfibi tersebut mampu bertahan pada kondisi kering sebagaimana halnya pagi gogo (ladang) dengan potensial air tanah (pF) sampai 2,90. Selain itu, varientas tersebut juga mampu bertahan dan berproduksi, baik pada kondisi tergenang sebagaimana padi sawah, terutama pada musim kemarau.
"Varietas-varietas tersebut sangat cocok pada kondisi iklim yang kurang menentu. Contonya, varietas amfibi seperti Situ Bagendit dan beberapa Impago yang merupakan varietas pagi gogo/lahan kering. Tapi mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi tergenang pada lahan sawah," ujarnya.
Sebaliknya, lanjut Syakir, Inpari 10 Laeya yang merupakan padi sawah irigasi, mampu beradaptasi baik pada kondisi kekeringan dilahan sawah dan juga beradaptasi baik pada lahan tadah hujan dan gogo.
"Untuk penyediaan kebutuhan benih varietas unggul amfibi ini telah kami lakukan secara rutin. Seperti melalui kelas benih penjenis, benis dasar dan benih pokok. Saat ini benih-benih varientas unggul tersebut sudah didistribusikan kepada petani diberbagai lokasi sesuai permintaan," ungkapnya.
Dijelaskan, hingga pertengahan tahun 2015, telah terdistribusi benih sumber varientas toleran kekeringan mencapai 526,2 ton. Benih sumber tersebut disebar terutama ke wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatera Selatan. Adapun varientas yang didistribusikan adalah Situ Bagendit, Inpago 8, Situ Patenggang dan Inpari 10.
"Apabila varientas ini secara terus menerus diproduksi dan menghasilkan 16,3 juta ton, maka hasil itu bisa mencover lahan seluas 593.221 hektar," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved