{[Aksi dan manuver beberapa purnawirawan TNI dalam Gerakan Cabut Mandat beberapa waktu lalu disebebkan karena mandegnya saluran komunikasi antara para sepuh TNI itu dengan pemerintah]}
Pekan-pekan ini, temperatur politik di dalam negeri tampaknya memanas. Bermula dari aksi ”Gerakan Cabut Mandat” yang dimotori oleh mantan aktivis Malari, Hariman Siregar di Bundaran HI pada Senin (15/1) lalu.
Sebelumnya, sejumlah tokoh termasuk Hariman serta beberapa Jenderal purnawirawan TNI seperti Try Sutrisno menemui ketua DPR Agung Laksono. Mereka mengadukan permasalahan bangsa yang tidak kunjung ada penyelesaian. Pada saat itu, Hariman sempat berucap kepada wartawan, ”Jika situasi bangsa ini tidak kunjung berubah, kita harrus melakukan sesuatu. Mencabut kembali mandat mereka.”
Aksi yang dilakukan Hariman Cs, yang juga didukung beberapa sepuh TNI tersebut ternyata membuat SBY merasa tersentil. Ditambah lagi adanya selebaran yang beredar ketika aksi terjadi tentang ”Dewan Revolusi” yang kabarnya dipimpin oleh Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal (Purn) Tyasno Sudarto.
Melihat isu yang oleh pemerintah sudah menjurus kearah makar tersebut, sejumlah purnawirawan TNI yang kini menjadi orang pemerintah mengadakan pertemuan dengan sejumlah jenderal purnawirawan TNI. Pertemuan digelar di Balai Sudirman. Pihak pemerintah diwakili Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Widodo AS serta Kepala Badan Intelijen Negara Sjamsir Siregar.
Beberapa tokoh dan senior TNI seperti mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, Mantan KSAD Tyasno Sudarto, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Wismoyo Arismunandar, mantan Menteri Dalam Negeri Surjadi Soedirja, Letjen TNI (Purn) Kharis Suhud.
Kedua pihak mengaku telah sepakat dan memahami bersama soal adanya keregangan dalam berkomunikasi, terutama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta kabinetnya.
"Tadi memang diakui oleh Pak Widodo bahwa antara pemerintah dan kami para purnawirawan ini terjadi semacam kesenjangan komunikasi. Padahal, komunikasi kan juga sangat diperlukan," ujar Tyasno.
Saat ditanya apakah dirinya melihat pertemuan tersebut digelar menyusul keresahan pemerintah atas sejumlah aksi dan manuver beberapa sesepuh TNI, yang beberapa waktu lalu ikut menyerukan gerakan aksi mencabut mandat, Tyasno menilai Presiden Yudhoyono memang merasa tersentil.
Tyasno menilai pertemuan itu menunjukkan adanya keinginan kuat Presiden untuk mendengar langsung apa yang sebenarnya menjadi keinginan maupun pemikiran para purnawirawan tanpa ada pihak tertentu yang mencoba "memelintir"-nya.
"Sebetulnya yang kami inginkan itu komunikasi bisa dilakukan langsung dengan Presiden. Hal seperti itu akan jauh lebih baik," kata Tyasno.
Dia menolak tuduhan bahwa para jenderal purnawirawan terlibat aksi cabut mandat dan akan membentuk "Dewan Revolusi". Menurut Tyasno, gerakan yang dia gelar beberapa waktu lalu dalam sebuah pertemuan di Gedung Juang, Jakarta, hanyalah sebatas gerakan "Revolusi Nurani". "Gerakan itu sebatas mencermati situasi kritis yang terjadi sekarang, seperti kemiskinan, kelaparan, bencana alam, dan berbagai musibah kecelakaan," katanya.
Seusai pertemuan, Kepala BIN Sjamsir Siregar memastikan para purnawirawan masih mendukung pemerintah. Mereka tidak pernah berniat mengusung gerakan cabut mandat ataupun ingin menggulingkan pemerintahan Presiden Yudhoyono.
"Kemarin kan ada kesalahpahaman dengan kehadiran Pak Try (Try Sutrisno) di DPR. Tadi kami tanya apa maksud beliau ke sana bersama Hariman (Siregar) dan lain-lain. Jawaban Pak Try, tidak ada maksud menurunkan SBY-JK atau mencabut mandat. Itu ternyata yang ngomong si Hariman dan Julius Usman di sana (DPR)," ujar Sjamsir.
Selain itu, Sjamsir dalam pertemuan meminta penegasan dari Tyasno terkait dengan beredarnya selebaran tentang pembentukan "Dewan Revolusi", yang disebut-sebut diketuai mantan KSAD itu dan berniat menjatuhkan pemerintah.
"Tadi saya tanya, apa benar ini? Apa kau mau makar? Kalau benar kau mau makar, nanti saya perintahkan polisi nangkap kamu. Dia jawab tidak pernah ada seperti itu. Katanya, dia dimanfaatkan saja oleh orang-orang itu. Dia bilang yang ada cuma Gerakan Revolusi Nurani," ujar Sjamsir. Dalam pertemuan itu, ia mengakui ada banyak masukan, saran, dan kritik dari seluruh mantan jenderal yang hadir, terutama terkait dengan kinerja pemerintah.
Sementara Widodo AS menilai masukan dari para purnawirawan menunjukkan adanya kepedulian yang sangat besar dari mereka terhadap pemerintah. Untuk itu perlu dibangun suatu bentuk komunikasi yang baik.
© Copyright 2024, All Rights Reserved