Pemerintah optimistis neraca perdagangan akan kembali surplus hingga akhir tahun. Asumsi itu didasarkannya karena sejumlah perusahaan tambang telah mendapatkan izin ekspor bahan mineral konsentrat tertentu.
"Nanti ekspor minerba mulai bisa dilakukan dari perusahaan yang membuat smelter, saya kira sejak Agustus sampai ke belakang nanti trade surplus," kata Menteri Keuangan Chatib Basri di Jakarta, Senin (04/08).
Menurut Chatib, ekspor mineral tersebut dapat menyumbang devisa sekitar US$5 miliar. Sehingga diperkirakan defisit transaksi berjalan pada akhir 2014, dapat mencapai kisaran US$21 miliar sampai dengan US$25 miliar.
"Tambahan US$5 miliar bisa membuat defisit turun menjadi US$21 miliar. Bahkan setengahnya saja US$2,5 miliar, defisitnya bisa US$23 miliar. Ekspor sudah bisa dilakukan karena barangnya sudah ada," jelas Chatib.
Chatib juga memperkirakan kinerja sektor ekspor akan mengalami perbaikan. Terutama dari produk minyak sawit mentah (CPO), yang didukung oleh membaiknya harga komoditas tersebut di pasar internasional.
Chatib mengatakan, terkait neraca perdagangan yang tercatat defisit 305,1 juta dolar AS pada Juni 2014, hal tersebut sudah sesuai prediksi karena tingginya permintaan impor menjelang puasa dan lebaran.
"Juni menjelang lebaran, impornya selalu naik tajam. Tahun lalu defisitnya, kalau tidak salah US$280 juta. Ini konsisten, karena konsumsinya naik. Tapi setelah itu, akan surplus besar," kata Cahtib.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca perdagangan Juni 2014 sebesar US$305,1 juta. Berarti kinerja perdagangan mengalami penurunan mengingat pada Mei 2014 surplus sebesar US$69,9 juta.
Hingga Januari-Juni 2014, nilai ekspor Indonesia kumulatif mencapai US$88,83 miliar atau menurun 2,46 persen jika dibandingkan periode tahun lalu, dan nilai impor mencapai US$89,98 miliar atau menurun 4,7 persen dibandingkan periode tahun lalu.
© Copyright 2024, All Rights Reserved