Akibat belum maksimalnya penanggulangan asap akibat kebakaran dan pembakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta maaf kepada rakyat Indonesia dan negara tetangga. Negara tetangga tersebut khususnya Malaysia dan Singapura, dimana kedua negara tersebut sangat merasakan dampak asap kebakaran di Indonesia.
"Perginya asap ke negara tetangga, khususnya Malaysia dan Singapura, jelas bukan suatu kesengajaan Indonesia atau upaya untuk menyusahkan Malaysia dan Singapura," ujar Presiden dalam jumpa pers seusai rapat koordinasi di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (11/10).
Selain itu Presiden juga meyakinkan negara tetangga bahwa penanggulangan berupa pemadaman terus dilakukan secara maksimal. "Kita terus mengatasinya, tetapi kenyataannya asap ini masih terus mengganggu negara tetangga," kata Presiden SBY.
Dalam rapat koordinasi yang antara lain dihadiri Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Widodo AS, Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, Menteri Kehutanan MS Kaban, dan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, telah diputuskan sejumlah langkah mengatasi asap segara secara lebih efektif.
Badan Koordinasi Nasional (Bakornas) diputuskan dalam rakor tersebut sebagai koordinator pemadaman asap untuk seluruh wilayah Indonesia. Tindakan yang akan dilakukan antara lain, jika awan memungkinkan, akan diupayakan hujan buatan, begitu juga Helikopter akan dimobilisasi. Di darat, TNI dan Polri akan dilibatkan, seperti dalam penanganan bencana alam selama ini.
Rakor tersebut juga memutuskan untuk menyewa dua pesawat khusus untuk pemadaman kebakaran hutan dari Rusia yang selama terbukti cukup efektif. "Untuk kecepatan dan efektivitas pemadaman api, kita akan menyewa dua pesawat dari Rusia. Pesawat itu mampu membawa 40 ton air yang akan dibomkan ke titik-titik api di Sumatera dan Kalimantan," ungkap Presiden SBY sungguh-sungguh.
Selain itu, Presiden SBY juga mengemukakan lima alasan mengapa bencana asap hampir tiap tahun terjadi di Indonesia. Pertama, cuaca panas (suhu udara mencapai 37 derajat Celsius) sehingga mudah terjadi kebakaran lahan. Kedua, untuk beberapa kasus kebakaran lahan, itu bukan karena kesalahan manusia, tetapi karena lahan-lahan gambut yang memiliki titik api. Ketiga, pelanggaran oleh perusahaan perkebunan saat membuka lahan dengan membakar.
Penyebab keempat adalah kultur masyarakat lokal yang masih menganggap membuka lahan dengan membakar sebagai hal biasa. Kelima, ada keterbatasan dana dari masyarakat untuk membuka lahan dengan menggunakan cara-cara yang tepat.
Untuk kasus kebakaran hutan yang disengaja dilakukan baik oleh masyarakat maupun pengusaha perkebunan, Presiden berjanji bahwa hukum akan diterapkan kepada mereka. "Penegakan hukum terus dilakukan," ujar Presiden.
© Copyright 2024, All Rights Reserved