Beragam aksi terorisme adalah lawan yang tidak jelas wujudnya. Untuk mengatasi ancaman itu, kekuatan intelijen mencadi kunci sebagai deteksi dini. Kekuatan intelijen dalam menghadapi terorisme itu tidak mungkin dilaksanakan sendiri. Kerjasama dengan berbagai negara adalah cara efektif untuk menggalang kekuatan itu.
Sejalan dengan itu, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Angkatan Bersenjata Perancis sepakat untuk meningkatkan kerja sama intelijen. Hal itu diungkapkan oleh Panglima TNI Marsekal TNI Djoko Suyanto setelah bertemu dengan Panglima AL Perancis untuk kawasan Samudera Hindia, Rear Admiral (Laksamana Muda) Hubert de Gauillier, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Selasa (23/5).
”Beragam aksi terorisme adalah lawan yang tidak jelas sehingga perlu ada kerja sama intelijen untuk mengatasinya. Kerja sama itu perlu dilakukan di berbagai lini untuk mendeteksi keberadaan para teroris tersebut,” kata Djoko Suyanto.
Sementara itu, Panglima AL Prancis Gauilier mengatakan kegiatan terorisme berkaitan erat dengan kegiatan ilegal seperti narkoba dan penyelundupan manusia. "Mengingat luasnya gerakan mereka maka banyak negara yang sulit menerka gerakan mereka, jadi penting untuk dilakukan kerjasama," ujarnya.
Selain membicarakan, kerja sama intelijen, kedua pihak juga membahas pengamanan Selat Malaka yang dapat dilakukan dengan dukungan kerja sama intelijen antar tiga negara pantai, Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Terkait itu, Gauilier menyarankan penggunaan teknologi tinggi dengan Radar Citra sehingga setiap pengerahan alat utama sistem senjata (alutsista) di wilayah tersebut akan termonitor.
Selain mengadakan kunjungan kehormatan kepada Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto, Gaulilier juga mengadakan kunjungan kehormatan kepada Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono.
© Copyright 2024, All Rights Reserved