Bank Indonesia melaporkan utang luar negeri Indonesia pada akhir Oktober 2014 menjadi US$294,5 miliar atau Rp3.700,39 triliun. Jumlah ini tumbuh 10,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, atau melambat dibandingkan pertumbuhan utang luar negeri September 2014 sebesar 11,2%.
Dikutip dari laman Bank Indonesia, Kamis (18/12), utang luar negeri tersebut terdiri dari sektor publik sebesar US$133,2 miliar (45,2% dari total utang luar negeri) dan sektor swasta sebesar US$161,3 miliar (54,8% dari total utang luar negeri).
BI menyebutkan, bertambahnya utang luar negeri pada Oktober 2014, dipengaruhi pertumbuhan utang luar negeri sektor publik yang melambat di saat pertumbuhan utang luar negeri sektor swasta terakselerasi.
“Utang luar negeri sektor publik tumbuh 5,9%, lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,9%,” sebut laman resmi BI tersebut.
Utang luar negeri sektor publik didominasi surat utang (53,5%) dari total utang luar negeri sektor publik) yang mencatat pertumbuhan 22,1%. Sementara itu, utang luar negeri sektor swasta tumbuh 15,1%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 14,1%.
Utang luar negeri sektor swasta terutama dalam bentuk perjanjian pinjaman (64,3% dari total utang luar negeri sektor swasta) tumbuh 9,7%.
Sementara itu, berdasarkan jangka waktu asal, posisi utang luar negeri masih didominasi berjangka panjang yang tumbuh melambat. Pada Oktober 2014, utang luar negeri berjangka panjang tercatat US$245,6 miliar, atau mencapai 83,4% dari total utang luar negeri.
Dari jumlah tersebut, utang luar negeri berjangka panjang sektor publik mencapai US$129 miliar atau 96,9% dari total utang luar negeri sektor public. Utang luar negeri berjangka panjang sektor swasta tercatat US$116,6 miliar atau 72,3% dari total utang luar negeri swasta.
Kemudian, utang luar negeri berjangka panjang pada Oktober 2014 tumbuh 10,5%, lebih rendah dari pertumbuhan bulan September 2014 yang sebesar 11,3%.
Sementara itu, utang luar negeri berjangka pendek tumbuh 11,7%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 10,8%.
Pertumbuhan utang luar negeri swasta yang naik pada Oktober 2014, terutama didorong meningkatnya pertumbuhan utang luar negeri beberapa sektor ekonomi utama.
Posisi utang luar negeri pada akhir Oktober 2014 terutama terpusat pada sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, dan listrik, gas dan air bersih (pangsa 77,5% terhadap total utang luar negeri swasta).
Sedangkan, utang luar negeri sektor keuangan dan listrik, gas dan air bersih masing-masing tumbuh sebesar 34,3% dan 5,1%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 31,5% dan 3,4%.
Sementara itu, utang luar negeri sektor industri pengolahan tumbuh 12,2%, melambat dibandingkan pertumbuhan September 2014 sebesar 13,3%. Di sisi lain, utang luar negeri sektor pertambangan mengalami kontraksi 0,7%.
“BI memandang perkembangan utang luar negeri masih cukup sehat, namun perlu terus diwaspadai risikonya terhadap perekonomian,” tulis laman resmi BI tersebut.
BI menyatakan ke depan akan tetap memantau perkembangan utang luar negeri, khususnya utang luar negeri swasta. Hal ini dimaksudkan agar utang luar negeri dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi.
© Copyright 2024, All Rights Reserved