Jumlah kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang melanda di Grobogan, Jawa Tengah, terus mengalami peningkatan. 14 sapi dilaporkan mengalami kematian.
Penyakit PMK mulai ramai terjadi sejak 1 November 2024. Hingga Senin (6/1/2025), jumlahnya telah mencapai 855 kasus.
Dari data tersebut kasus paparan PMK tertinggi terjadi di Kecamatan Toroh dengan 191 kasus, menyusul Kecamatan Geyer dengan 161 kasus, dan Kecamatan Gabus sebanyak 130 kasus.
Sementara 3 kecamatan paling minim terpapar PMK antara lain Kecamatan Brati dengan 4 kasus, Godong 2 kasus, dan Tanggungharjo dengan 1 kasus PMK.
Sementara itu, dari 19 kecamatan di Kabupaten Grobogan ada 2 kecamatan yang dinyatakan bebas dari kasus PMK, yakni Kecamatan Klambu dan Tegowanu.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Grobogan, Amin Nur Hatta merinci, dalam kasus kematian sapi yang terjadi, 12 mati murni karena terpapar sedangkan 2 lainnya dipotong.
"Angka tersebut sesuai dengan laporan yang masuk ke kami, bisa jadi di lapangan lebih dari itu. Karena dimungkinkan ada yang memanfaatkan untuk mendapat keuntungan," terangnya, dikutip Rabu (8/1/2025).
Guna meredam paparan PMK, pihak dinas berinisiatif memberikan vaksin ke sejumlah daerah yang ditargetkan. Terutama daerah yang disinyalir berisiko tinggi.
"Kita sudah sediakan vaksin di sembilan Puskeswan di Grobogan, terutama daerah beresiko tinggi," ujar Amin.
Sementara itu, Kabid Kesmavet Dinas Peternakan Grobogan, drh Andreas Iwan Suseno menjelaskan, selain PMK, Dinas Peternakan juga mendeteksi adanya Septicaemia Epizootica (SE)/Haemorraghic Septecaemia (HS).
"SE/HS merupakan penyakit menular yang menyerang sapi dan kerbau, dan juga dikenal sebagai penyakit ngorok. Penyakitnya bersifat akut dengan angka kematian tinggi," terangnya.
Untuk itu, ia mengimbau para peternak untuk menjaga kebersihan kandang dan rutin melakukan penyemprotan disinfektan ke kandang ternak. []
© Copyright 2025, All Rights Reserved