Faktor utama kekalahan paket yang diajukan Koalisi Indonesia Hebat (PIH) pada sidang paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) bukan berasal dari suara Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang terpecah. Tapi, karena internal KIH yang tidak solid, sebagian mendukung Koalisi Merah Putih (KMP).

Setidaknya demikian analisa yang disampaikan Ketua DPD Irman Gusman terkait kekalahan paket A yang diajukan KIH. “Suara DPD itu sesuai dengan target tapi jangan lupa juga dari fraksi partai pendukung (Jokowi) juga ada yang merembes juga tentunya," kata Irman kepada pers, di gedung DPR, Jakarta, Rabu (08/10).

Itung-itungan Irman, jika dilihat suara murni dari paket A dari KIH bersama PPP sesungguhnya suara dasarnya hanya 247 suara. Sedangkan suara paket B dari KMP sebanyak 313 suara. “Jadi suara yang tersolid masuk sampai masuk 330, itu justru dikontribusi dari DPD," ujar Irman.

Irman mengatakan, sebelum pemilihan pihaknya telah berupaya meyakinkan 128 anggota DPD yang hadir. “100 bisa kita dapat, kita juga tidak menafikan, ada kebocoran suara juga‎. Mayoritas dari suara yang didapat cukup signifikan, memang dari awal targetnya bukan 130 suara tapi 105‎ suara," ujar dia.

Irman tidak mau menyebut, fraksi mana dari partai pengusung paket A dari KIH secara diam-diam mendukung opsi paket B dari KMP. “Saya mendapatkan informasi dari dalam, tapi kan tidak etis menyebut partainya apa. Kita tidak perlu menyalahkan satu sama lain. Apa yang terjadi semalam perbedaan sangat tipis sekali, itu menandakan bahwa terjadi perimbangan kekuatan," ujar Irman.

Dalam sidang paripurna pemilihan pimpinan MPR semalam, KIH yang mengusung ketua MPR dari DPD yaitu Oesman Sapta gagal mengalahkan KMP yang mengusung Zulkifli Hasan. KIH memperoleh 330 suara sementara KMP meraih 347 suara. Sehingga paket dari KMP dengan ketua Zulkifli Hasan memenangkan pemilihan pimpinan MPR. Di detik-detik akhir, PPP yang sebelumnya bergabung dengan KMP membelot dan merapat ke KIH. Namun, dengan dukungan kekuatan itu, tampaknya KIH masih belum menggeser dominasi KMP.