Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat adalah daerah yang menanggung akibat paling parah terjangan Tsunami senin (17/7) sore kemarin. Hampir semua infrastruktur penunjang pariwisata di luluh lantak akibat diterjang gelombang air laut yang mengamuk itu.
Ratusan hotel dan tempat penginapan lainnya serta sentra-sentra kerajinan, warung, cafe dan pasar ikan yang menghadap ke laut hancur berantakan, sementara perahu-perahu yang biasanya berjejer di Pantai barat dan Pantai Timur Pangandaran berserakan di daerah Jalan Bulak Laut, Jalan Jaga Lautan, dan Mekar Asih Pangandaran.
Akibat terjangan tsunami, bibir pantai Pangandaran rusak parah terkena abrasi. Sampah serta puing bangunan berserakan di berbagai lokasi, sementara Pos Polisi (Pospol) Air Polda Jabar di Pantai Timur Pangandaran juga rusak berat.
"Pangandaran benar-benar kembali ke titik nol. Hampir tidak ada satu pun bangunan yang utuh serta tak ada pula barang berharga yang tersisa. Saya belum tahu kapan memulai kehidupan normal lagi di sini," kata Hanisah salah seorang penjual barang-barang kerajinan di Pantai Pangandaran.
Dari tinjauan udara dengan menggunakan pesawat Fokker F-27 Skuadron Udara 2 TNI-AU dari ketinggian 300 hingga 200 kaki pada Selasa pagi, memperlihatkan kebanyakan bangunan yang rusak itu terletak di sepanjang garis pantai di Pangandaran.
Pengamatan udara dilakukan di atas area Cijulang, Pulau Nusa Kambangan, Kampung Parigi, Cibenda, Trikolot, hingga Rejamulya. Di lokasi terakhir ini, terdapat satu delta yang di dataran sempitnya banyak terdapat bangunan hotel, restoran, dan bangunan permanen lain.
Pemantauan hingga jarak sangat dekat, landasan pesawat terbang Nusa Wiru di Ciamis, tidak mengalami kerusakan apapun kendati aliran sungai di dekat ujung landasannya menggerus hingga sejarak sekitar lima puluh meter dari bibir landasan.
Perahu-perahu kayu nelayan dan pariwisata, dilihat dari udara, banyak yang "terlempar" hingga sekitar 200 meter dari bibir pantai, tidak sedikit di antara kapal itu yang bertengger di atas atap rumah. Di beberapa rumah yang ditenggeri perahu kayu itu, atap-atapnya banyak yang hancur.
Jika dibandingkan dengan gelombang tsunami di Aceh pada akhir 2004 lalu, kerusakan yang terjadi di Pangandaran ini tidak sampai meluluh lantakan bangunan-bangunan yang berdiri di atas tanah. Masih banyak bangunan yang berdiri tegak dan hanya sebagian yang dindingnya jebol, gugur, atau retak, yang semuanya jelas terlihat dari udara.
Berdasarkan pengamatan udara atas garis pantai sejarak sekitar 25 kilometer, sebagian besar pantai terabrasi cukup berat sehingga warna gelombang pantainya yang semula jernih kini menjadi lebih suram dan kelam.
Sementara itu, para nelayan satu per satu mulai memilih dan memilah-milah perahunya yang telah menjadi puing-puing yang berserakan, sementara sebagian nelayan lainnya tampak sibuk bersama tim relawan dan personil TNI melakukan pencarian korban ke berbagai lokasi, terutama di reruntuhan hotel dan bangunan besar lainnya sampai ke tengah laut.
© Copyright 2024, All Rights Reserved