Pemerintah memberikan waktu empat bulan bagi ExxonMobil untuk menjelaskan komitmennya sebagai operator Blok Natuna D Alfa dalam memproduksi gas di wilayah tersebut. "Kami akan tunggu dalam empat bulan ini. Jika ExxonMobil tidak bisa memenuhi ketentuan sesuai kontrak, pemerintah tidak akan memberi perpanjangan," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo.
Purnomo menegaskan perpanjangan kontrak kerja sama atas blok yang sudah menganggur selama 21 tahun itu tidak akan diberikan tanpa ada komitmen jelas penjualan gas. Raksasa migas dari Amerika Serikat, harus segera memperjelas komitmennya karena kontrak kerja sama di Blok Natuna D Alfa akan berakhir pada 8 Januari 2007.
Blok Natuna D Alfa yang berada di lepas pantai Kepulauan Natuna memiliki cadangan gas sebanyak 45 triliun kaki kubik. Gas dari Natuna diproyeksikan untuk ekspor. ExxonMobil memperoleh blok itu pada tahun 1985 melalui proses akuisisi dari Pertamina. Tahun 1994 kontrak diamandemen sehingga porsi bagi hasil menjadi 100 persen untuk kontraktor dan 0 persen pemerintah. Lazimnya konsep bagi hasil adalah 70 persen kontraktor dan 30 persen pemerintah.
Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Migas Kardaya Warnika mengatakan, ExxonMobil harus bisa menunjukkan rencana program kerja yang jelas dalam studi kelayakannya. "Sampai saat ini kami belum melihat ada kemajuan pembicaraan soal rencana penjualan gas itu," katanya.
ExxonMobil yang dihubungi terpisah menyatakan optimis bisa mengembangkan Blok Natuna D Alfa. "Kami sedang dalam pembicaraan intensif dengan para calon pembeli gas, yaitu Malaysia dan Thailand," kata Wakil Presiden Bidang Relasi Eksternal ExxonMobil Maman Budiman.
Ia meyakinkan bahwa meskipun pembicaraan dengan Petronas dan PTT, dua perusahaan yang menjadi calon pembeli gas Natuna, sudah berlangsung lama, ada kemajuan yang signifikan.
Terhadap split 100:0, Maman mengatakan, ada beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan. Kondisi itu, antara lain, adalah proyek Natuna sangat kompleks karena kandungan gas karbondioksida yang tinggi sehingga membutuhkan teknologi yang investasinya cukup mahal. "Agar Blok Natuna tetap menguntungkan bagi kontraktor, split-nya diperbesar," ujar Maman.
Pemerintah tetap dapat dari pajak dan berbagai pendapatan lain, termasuk kewajiban ExxonMobil untuk menyetor dana kontan selama beberapa tahun terhitung sejak mulai produksi.
© Copyright 2024, All Rights Reserved